Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Daffa, Momentum Menata Lalu Lintas Kota Semarang

Kompas.com - 21/04/2016, 16:09 WIB

KOMPAS.com - Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, Hendrar Prihadi, Rabu (20/4), ketika menjumpai Daffa Farros Oktoviarto (10) di ruangan kelas IV A Sekolah Dasar Negeri Kalibanteng Kidul 1 Semarang Barat, menyebutkan, aksi Daffa menghadang pengendara sepeda motor yang melintas di trotoar adalah langkah berani.

"Saya bangga, anak masih kecil sudah berani. Berani menyampaikan hal yang benar. Apakah anak-anak di kelas ini berani?" tanya Wali Kota Hendrar Prihadi cukup keras yang langsung disambut teriakan, "Berani!" dari sekitar 43 siswa teman Daffa.

Meskipun begitu, Hendy, sapaan akrab Hendrar Prihadi, langsung menerangkan, untuk menjadi berani dan benar anak-anak tidak harus melakukan seperti aksi Daffa. Sikap berani itu harus dibarengi dengan berprestasi.

Anak-anak harus menang kalau ikut lomba apa saja, berani karena prestasi sekolahnya bagus, dan berani menyampaikan hal yang benar.

Hendy menemui Daffa didampingi wali kelas IV A, Dyah Anggraini; Kepala SDN Kalibanteng Kidul 1 Eny Anggorowati; serta nenek Daffa yang merawat sejak kecil, Murti (72).

Pada kesempatan itu, Daffa yang dinilai banyak kalangan, termasuk Hendy, memberi inspirasi bagi warga Kota Semarang untuk tertib berlalu lintas juga memperoleh hadiah sepeda baru. Sepeda hadiah itu diberi label "Sepeda Penegak Aturan".

Sebagaimana ramai diberitakan di media massa dan media sosial, Minggu (17/4), Daffa menghadang pengendara sepeda motor yang melintas di trotoar di Jalan Jenderal Sudirman, Kalibanteng, Kota Semarang. Daffa seorang diri meminta laki-laki pengendara motor untuk turun dari trotoar.

Laki-laki itu mengalah dengan turun dari trotoar. Aksi Daffa tertangkap kamera dan fotonya menyebar di media sosial sehingga langsung mendapatkan tanggapan pujian puluhan ribu netizen.

Otomania/Setyo Adi Otomania serahkan apresiasi pada Sang Penjaga Trotoar, Daffa di Semarang

Daffa, putra pasangan Dinar dan Yuri, merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Dia bersama kakaknya, Enrico Giofano Derryarto, tinggal bersama kakek dan neneknya di kawasan Kalibanteng, Semarang.

Di depan Wali Kota Semarang, Daffa kembali mempraktikan dialog ketika menghadapi laki-laki pengendara sepeda motor yang melaju di trotoar. Ketika menghadang, Daffa mengatakan, "Pak jangan lewat trotoar. Trotoar untuk pejalan kaki. Lalu si pengendara motor bilang, kamu minggir, saya tak mau berkelahi."

Daffa bersikeras meminta si pengendara motor turun. Permintaan Daffa dituruti si pengendara yang memilih mundur turun ke jalan aspal.

Daffa "menjaga" trotoar dari pemakai sepeda motor sejak sebulan lalu. Hal itu didorong pengalamannya yang pernah ditabrak sepeda motor di lokasi yang sama saat berjalan dengan kakeknya.

Cara Daffa menghalangi pengendara sepeda motor di trotoar kadang-kadang menggunakan batu-batu yang ditata di tengah trotoar. Jika masih dilindas, dia terjun langsung menghadang seperti aksinya pada akhir pekan lalu.

Kepala SDN Kalibanteng Kidul 1 Eny Anggorowati menyebutkan, Daffa berpendirian kuat dan sikapnya keras. Kebiasaan Daffa di kelas selalu protes kalau melihat siswa lain atau guru tidak tertib. Misalnya, jika ada siswa membuang sampah seenaknya, pasti ditegur keras.

"Bahkan, saat ada guru mengajar bangun ruang tanpa menggunakan penggaris, dia protes dengan membujuk siswa-siswa dikelas untuk tidak mengikuti pelajaran. Alasannya, guru itu mengajar bangun ruang tanpa penggaris. Akhirnya, si guru minta maaf, lalu menggunakan penggaris," ujar Eny.

Semarang macet

Aksi Daffa memang memberi inspirasi banyak orang untuk mengajak siapa saja pengguna jalan tertib berlalu lintas. Trotoar bukan jalan kendaraan bermotor, melainkan untuk pejalan kaki.

Aksi Daffa di Jalan Jenderal Sudirman itu sebuah ironi. Di jalan protokol dekat Bandara Internasional Ahmad Yani sudah ada jalan layang sejak 2013. Dikatakan ironi, menurut pengamat transportasi Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, karena jalan layang itu tujuannya melancarkan arus lalu lintas.

Lokasi itu merupakan pintu masuk utama pendatang ke Semarang melalui bandara. Celakanya, jalan layang berfungsi searah saja menuju arah barat. Tidak heran kemacetan panjang melanda kawasan itu setiap pagi dan sore hari.

Kemacetan kerap terjadi di Kota Semarang sejak 2013. Ini menunjukkan ada ketidakseimbangan antara panjang jalan dan jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor di kota berpenduduk 1,7 juta jiwa itu. Pada 2012, jumlah kendaraan bermotor sekitar 852.496 unit. Dari jumlah itu, 647.292 sepeda motor.

Ketika kendaraan bermotor tumbuh terus, Pemkot Semarang dinilai lamban membenahi jalan, baik melebarkan jalan maupun menyiapkan jalan lingkar dalam kota. Contoh jalan tidak berubah, misalnya, Jalan Menteri Supeno sepanjang 2,5 kilometer di belakang Kantor Gubernur Jateng. Sudah 10 tahun jalan itu masih dua lajur, belum dilebarkan empat lajur. Padahal, jalan itu vital untuk lalu lintas keseharian.

Djoko mengatakan, panjang jalan Kota Semarang masih 2.691 kilometer. Padahal, apabila 500.000 sepeda motor direntangkan bisa mencapai panjang 1.100 kilometer. Karena itu, tidaklah mengherankan, pada jam sibuk mulai pukul 06.00-08.00 dan pukul 16.00-18.00, hampir semua arah di Kota Semarang padat dan laju kendaraan macet atau jalan melambat.

Koordinator Koalisi Pejalan Kaki Semarang (KPKS), Theresia Tarigan, menilai, di samping memberi penghargaan kepada Daffa, sudah saatnya Wali Kota Semarang juga menegakkan penertiban terhadap pengendara sepeda motor. Petugas kepolisian harus tegas menindak pelanggar jalan.

Ketika panjang jalan tidak bertambah, tentu saja banyak pengendara sepeda motor memakai ruang privasi bagi pejalan kaki sebagai jalan alternatif lebih cepat mencapai tujuan. Upaya penertiban bisa dilakukan dengan membatasi kendaraan pribadi dan meningkatkan layanan transportasi massal supaya warga beralih ke angkutan umum yang nyaman, aman, dan murah. (Winarto Herusansono)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 April 2016, di halaman 24 dengan judul "Aksi Daffa, Momentum Menata Lalu Lintas Kota Semarang".

 

Kompas TV Aksi Daffa Diapresiasi Wali Kota Semarang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com