TAKENGON, KOMPAS.com - Warga Kampung Mungkur, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah harus rela menggunakan lumpe atau seutas tali baja yang direntangkan di atas sungai sebagai sarana untuk menyeberangi sungai.
Jembatan yang menghubungkan desa dengan area pertanian dan peternakan di seberang sungai hancur diterjang banjir bandang pada 18 Oktober 2015.
Sebagai gantinya, seutas tali baja seukuran jari kelingking orang dewasa dibentangkan di atas sungai selebar 15 meter itu.
Di antara tali baja terpasang tiga unit snap block (roda) yang menjadi motor penggerak untuk menyeberangkan warga, berbagai barang, hingga sepeda motor.
Mungkin bentuknya hampir serupa dengan skyway (gondola atau kereta gantung).
Tapi “gondola” yang ada di Kampung Mungkur, dibuat seadanya, bahka jika terdapat kesalahan sedikit saja, warga dijamin terjun bebas ke dalam sungai yang dipenuhi batu serta berarus deras.
Meski berisiko tinggi mau tak mau warga memanfaatkan lumpe tersebut, untuk menuju areal perkebunan, termasuk kawasan areal Peternakan Ketapang III yang baru dikembangkan Pemkab Aceh Tengah bulan ini.
Sehingga, meski berbahaya keberadaan jembatan super darurat itu bermanfaat bagi warga untuk mengangkut hasil bumi.
“Beginilah keseharian warga, karena jika tidak ada tali baja ini, mana bisa warga pergi ke kebun,” kata Genap, Reje (kepala kampung) Mungkur kepada Serambi.
Dia menyatakan jembatan yang hanyut diterjang banjir bulan lalu sedang diperbaiki, tetapi dibutuhkan waktu beberapa bulan.
“Kalau pagi sama sore, banyak yang antre, apalagi hari Minggu, karena di seberang sana merupakan areal kebun warga, termasuk lokasi Peternakan Ketapang III,” tambah Genap.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.