Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Putus, Warga Desa di Aceh Tengah Andalkan Kawat Baja untuk Seberangi Sungai

Kompas.com - 26/11/2015, 18:48 WIB

TAKENGON, KOMPAS.com - Warga Kampung Mungkur, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah harus rela menggunakan lumpe atau seutas tali baja yang direntangkan di atas sungai sebagai sarana untuk menyeberangi sungai.

Jembatan yang menghubungkan desa dengan area pertanian dan peternakan di seberang sungai hancur diterjang banjir bandang pada 18 Oktober 2015.

Sebagai gantinya, seutas tali baja seukuran jari kelingking orang dewasa dibentangkan di atas sungai selebar 15 meter itu.

Di antara tali baja terpasang tiga unit snap block (roda) yang menjadi motor penggerak untuk menyeberangkan warga, berbagai barang, hingga sepeda motor.

Mungkin bentuknya hampir serupa dengan skyway (gondola atau kereta gantung).

Tapi “gondola” yang ada di Kampung Mungkur, dibuat seadanya, bahka jika terdapat kesalahan sedikit saja, warga dijamin terjun bebas ke dalam sungai yang dipenuhi batu serta berarus deras.

Meski berisiko tinggi mau tak mau warga memanfaatkan lumpe tersebut, untuk menuju areal perkebunan, termasuk kawasan areal Peternakan Ketapang III yang baru dikembangkan Pemkab Aceh Tengah bulan ini.

Sehingga, meski berbahaya keberadaan jembatan super darurat itu bermanfaat bagi warga untuk mengangkut hasil bumi.

“Beginilah keseharian warga, karena jika tidak ada tali baja ini, mana bisa warga pergi ke kebun,” kata Genap, Reje (kepala kampung) Mungkur kepada Serambi.

Dia menyatakan jembatan yang hanyut diterjang banjir bulan lalu sedang diperbaiki, tetapi dibutuhkan waktu beberapa bulan.

“Kalau pagi sama sore, banyak yang antre, apalagi hari Minggu, karena di seberang sana merupakan areal kebun warga, termasuk lokasi Peternakan Ketapang III,” tambah Genap.

Dia mengakui untuk perbaikan jembatan yang ambruk terkendala untuk dengan material yang masih sangat sulit.

“Kita ambil batunya dari dalam sungai. Kalau sungai meluap, sulit untuk mendapatkan batu untuk pembangunan jembatan ini,” Genap melanjutkan.

Selain menggunakan jembatan lumpe, sarana jalan menuju kawasan itu, juga masih sangat memprihatinkan.

Ruas jalan yang beraspal hanya sampai Kampung Pantan Nangka, sedangkan dari Kampung Genteng, Mungkur dan Kampung Gewat kondisinya sangat memprihatinkan.

“Untuk menuju Kampung Gewat, belum bisa ditembus, apalagi kondisi cuaca seperti sekarang, sulit sekali ke Kampung Gewat,” ujar Genap.

Beberapa warga Kampung Genteng dan Kampung Mungkur yang dijumpai Serambi, Minggu (23/11/2015) lalu, juga mengeluhkan kondisi serupa karena jalan ke kampung mereka belum juga tersentuh perbaikan.

Pasalnya, jalan yang melintasi beberapa kampung di daerah itu, belum tersentuh aspal. Bahkan untuk menembus kampung tersebut, dibutuhkan kendaraan bertenaga ekstra.

“Kami berharap ada perhatian dari pemerintah, untuk pembenahan ruas jalan di kampung kami ini,” ujar salah seorang warga.

Berdasarkan amatan Serambi, untuk menuju Kampung Mungkur, Kecamatan Linge dari Kota Takengon, membutuhkan waktu perjalanan sekitar dua jam.

Menuju kawasan itu harus melintasi hutan Bur Lintang yang sebagian mulai gundul.

Ketika tiba di jalanan berkelok dan menurun menuju Kampung Isak yang menjadi ibu kota Kecamatan Linge, terlihat barisan pohon damar menghampar luas.

Akibat akses menuju kawasan itu masih sangat sulit, maka warga juga sulit mengangkut hasil pertanian.

Selain kopi, warga di daerah itu, juga mengembangkan tanaman kapulaga di beberapa kampung Kecamatan Linge.

Uniknya, di kawasan itu juga terdapat pohon kurma yang juga berbuah meski tak sesubur di Timur Tengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com