LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - Kisah gajah masuk perkampungan warga bukan hal baru di Aceh.
Selama 15 tahun terakhir konflik gajah dan manusia terus terjadi di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.
Saat itu, puluhan gajah liar masih berkeliaran di pinggiran desa dan belum "menginvasi" areal perkebunan milik warga.
Serbuan gajah mulai terjadi pada 2007. Sejak saat itu pula, warga semakin waspada.
Sebab, harapan panen karet dan sawit bisa pupus jika puluhan ekor gajah mengobrak-abrik perkebunan. Gubuk-gubuk di dalam perkebunan juga hancur diserang gajah.
“Tak ada harapan lagi, gubuk itu hancur dan warga harus bersabar menunggu gajah pergi ke daerah lainnya,” kata Ketua Pemuda Seumanah Jaya, Aceh Timur, Junaidi Ibrahim kepada Kompas.com, Kamis (12/11/2015).
Kejadian paling tragis terjadi di Desa Rimba Raya, Kecamatan Pintu Rime, Kabupaten Bener Meriah sepekan lalu.
Ratusan warga terpaksa mengungsi ke kantor Camat Pintu Rime, setelah kampung mereka diduduki hewan yang dalam bahasa Aceh disebut Po Meurah itu.
Mereka menduduki desa selama sepekan dan setelah gajah-gajah itu pergi, barulah warga berani pulang untuk menata sisa-sisa kehancuran akibat serbuan hewan besar itu.
Junaidi menyebutkan, untuk melindungi tanaman dari amukan gajah, sebagian warga memasang jerat yang dialiri listrik.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.