Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap Sejahtera dari Ketela...

Kompas.com - 29/10/2014, 14:04 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

Produk yang dihasilkan pun bukan hanya asal-asalan, namun juga memiliki sejumlah izin seperti perizinan produksi pangan industri rumah tangga, hingga mengurus izin halal dari MUI. Selain itu, tempat produksinya juga menjadi binaan dari Kantor Ketahanan Pangan Kota Semarang.

"Kalau ada yang mau belajar olahan tape ini, siapa saja saya persilahkan, ini juga mulai dibuat paket wisata. Yang penting ulet dan tekun saya yakin usaha ini bisa besar," ujar dia.

Kemandirian pangan dan olahan pangan alternatif non beras saat ini memang tengah digalakkan oleh Pemerintah Kota Semarang. Konsumsi bahan pangan lokal ini terus digiatkan dan menjadi program kerja dari Kantor Ketahanan Pangan.

Sejumlah kegiatan itu meliputi desa mandiri pangan, rumah pangan lestari, serta pelatihan pengolahan pangan alternatif. "Sejumlah makanan alternatif yang bisa dimanfaatkan seperti umbi-umbian yang banyak tumbuh di berbagai wilayah di Kota Semarang. Mengonsumsi bahan pangan alternatif juga menghemat secara ekonomi karena kota semarang tidak mampu suplai beras," ungkap Kepala Badan Ketahanan Pangan Intan Indriawan

Hal ini, menurut dia, terus disosialisasikan agar lebih banyak masyarakat yang mengonsumsi makanan alternatif berbahan baku lokal. Selain itu juga dilakukan berbagai pelatihan produksi olahan pangan serta pemberian kesempatan untuk ikut berbagai pameran produk pangan lokal. Aneka produk olahan lokal ini juga bisa menjadi oleh-oleh dan mengembangkan produk makanan lokal khas Semarang.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, potensi pertanian Kota Semarang memang ternbilang membanggakan dan perlu digali lagi. Ia berharap sejumlah program pemerintah juga mendapat dukungan dari masyarakat. "Potensi unggulan pangan lokal perlu terus digali, dengan mengenal diharapkan tumbuh rasa mencintai untuk mengembangkan potensi lokal yang ada di Semarang," ujar dia.

Mempertahankan kearifan lokal
Kawasan Goa Kreo dikenal sebagai petilasan Sunan Kalijaga saat mencari kayu untuk pembangunan Masjid Demak. Ratusan kera ekor panjang di kawasan tersebut dipercaya telah membantu Sunan Kalijaga ketika itu.

Meski saat ini sudah berubah karena adanya pembangunan, namun warga sekitar tetap melestarikan kearifan lokal yang ada. Terbukti dengan masih diselenggarakannya ritual sesaji Rewanda setiap hari ketiga Idul Fitri setiap tahunnya.

Terdapat sesaji gunungan berisi buah-buahan dan hasil pertanian pada ritual tersebut. Tokoh masyarakat Kandri, Kasmani mengatakan selain melestarikan tradisi, ritual itu juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. "Pada ritual itu juga memberi makan pada para monyet. Ini bentuk upaya warga untuk menjaga keseimbangan alam dan hewan di kawasan Kreo," ujar dia.

Desa Kandri, oleh Pemkot Semarang sudah ditetapkan menjadi desa wisata. Terdapat sejumlah pelaku wisata dikawasan itu yang terus meningkatkan pelayanan, fasilitas serta paket-paket wisata. Seperti paket wisata pembuatan tape ataupun olahannya, menanam singkong, menanam padi serta arung jeram di sungai kawasan wisata Goa Kreo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com