Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidupkan Lagi Tradisi Lambung yang Hilang Pascatsunami

Kompas.com - 25/12/2013, 15:37 WIB
Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami

Penulis

Menjaga tradisi

Rira pun menyadari bahwa banyak hal yang harus dibangkitkan kembali di desa kelahirannya itu. Ia pun memulai membuka kembali usaha pembuatan kue kering tradisional Aceh secara rumahan, yaitu kue canai, yang diberi label Canai Nyanyak.

"Nama Nyanyak saya ambil dari nama putri ketiga saya dan nama itu sangat Aceh sehingga nanti diharapkan bisa menjadi sebuah ikon yang menunjukkan kekhasan Aceh," jelas ibu lima anak ini.

Bangkit dari sebuah keterpurukan hebat bukanlah hal mudah bagi Rira. Namun, semangat untuk mengembalikan sebuah tradisi yang sempat hilang menjadi sebuah semangat baru bagi Rira.

"Semoga ini menjadi awal yang baik bagi Desa Lambung dan setelah ini saya berharap akan ada penerus-penerus penjaga tradisi Aceh, terutama dunia kulinernya," sebut Rira.

Sembilan tahun pascatsunami Aceh kebangkitan ekonomi bagi pelaku ekonomi kecil menengah memang bukan waktu yang cukup.

Upaya memulihkan trauma dan belajar bangkit kembali memang membutuhkan sebuah kekuatan yang besar.

Tak beda dengan Rira, hal yang sama juga dirasakan oleh Hendra (43), pedagang suvenir Aceh. Hendra mencoba bangkit kembali dari keterpurukannya pascatsunami Aceh tahun 2004 lalu.

"Bagi saya ini bukan sebuah penyesalan karena sudah kehilangan semua, tapi ini menjadi bagian penting dari hidup saya, untuk membuktikan apakah saya mampu atau tidak," kata Hendra.

Saat ini, Hendra memang belum bisa mengembalikan semua yang pernah ada, tetapi berbekal semangat meniti hidup yang baru, Hendra kini mulai berdiri tegak menatap hidupnya ke depan.

"Tuhan sendiri menegaskan bahwa nasib kita tidak akan pernah berubah jika bukan kita sendiri yang mau mengubahnya, jadi kenapa harus berlama-lama bersedih, sekarang sudah waktunya bangkit lagi," ujar Hendra.

Optimisme warga Aceh pascatsunami memang terlihat nyata. Perlahan tapi pasti denyut kehidupan di provinsi paling barat Indonesia ini sudah terasa detaknya. Kendati sudah bisa mengulum senyum, kenangan pahit yang memilukan sembilan tahun lalu tak pernah hilang dari ingatan. Doa dan harapan pun terus terucap dari hari ke hari untuk kehidupan yang lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com