Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi PSK demi Membiayai Anak Belajar di Pesantren

Kompas.com - 11/11/2013, 21:40 WIB
Kontributor Kendal, Slamet Priyatin

Penulis

Setelah mengisap beberapa kali rokok putih itu, Magdalena kembali bercerita. Menurutnya, menjadi PSK di lokalisasi di Medan, banyak pelanggan yang suka padanya.

"Saya punya jurus seks yang jitu, untuk mengikat pelanggan. Wajah saya tidak amat cantik sehingga saya harus bisa memuaskan pelanggan dengan pelayanan," katanya sambil tertawa renyah.

Suatu ketika dia bertemu dengan seorang pria berinisial S di lokalisasi itu. Karena tertarik dengan pelayanan Magdalena, S pun mengajaknya menikah. Magdalena pun tidak menolak, sebab dia ingin hidup normal layaknya perempuan lain, punya suami dan anak.

Kembali ke GBL demi pendidikan anak

Namun setelah menikah, harapan Magdalena untuk hidup bahagia bersama suami barunya itu pupus sudah. Suaminya ternyata seorang pencandu narkoba. Meski demikian, secara ekonomi sebenarnya mereka tidak berkekurangan.

"Tapi kan saya pengen hidup bahagia, sementara suami saya sering pulang mabuk, dan lama kelamaan saya tidak pernah dijamah," ucapnya.

Magdalena mengaku mencoba terus bertahan untuk menjadi istri S, tetapi tidak kuat. Suaminya sering mabuk dan lupa pada keluarganya. Puncaknya terjadi pada awal tahun 2013, ia minta cerai dan memilih pulang ke Jawa.

"Bersama S, saya punya dua anak laki-laki. Yang paling kecil saya bawa dan saya titipkan ke orangtua. Yang besar saya tinggal karena lebih memilih bersama neneknya. Anak perempuan saya—yang saya tinggal menjadi TKW—belajar di pondok pesantren," ucapnya lirih.

Untuk membiayai dua anaknya, Magdalena kembali ke GBL, tempat awal dia menjadi seorang PSK. Tiga bulan di GBL, Magdalena mengaku banyak memiliki pelanggan. Dalam satu hari, tamu yang datang kepadanya 4 hingga 8 orang. Tamu-tamu itu ada yang membayarnya Rp 100.000, ada juga yang lebih.

"Ada yang memberi saya Rp 200.000 karena puas dengan pelayanan saya," ceritanya bangga.

Perempuan yang kerap berbicara dengan bahasa Batak campur Jawa ini mengaku pelanggannya kebanyakan orang tua berusia 45 hingga 50 tahun.

"Kalau anak muda, tidak mau dengan saya. Yang mereka cari biasanya yang cantik-cantik dan usianya juga muda. Tapi saya malah senang. Saya pernah main dengan orang muda, mainnya kasar. Kalau sama orang tua, mainnya halus dan selesainya cepat," katanya sambil tertawa terbahak-bahak.

Saat ditanya, apakah selamanya akan menjadi seorang PSK, Magdalena buru-buru menjawab tidak. Ia masih ingin berkeluarga, meskipun sudah dua kali gagal. Namun yang terpenting baginya saat ini adalah mencari modal untuk membuka usaha dan menyekolahkan anaknya supaya pintar dan tidak bernasib seperti dirinya.

"Saya ingin membuka usaha. Syukur-syukur kalau ada laki-laki yang mau menikahi saya," harapnya.

Magdalena mengaku, saat ini dia sudah memiliki pacar seorang penjual buah. Namun, lelaki itu masih punya istri sehingga ia belum bersedia untuk diajak menikah. Magdalena takut perkawinannya akan gagal lagi. Lagi pula, ia tidak ingin merusak keluarga orang lain. Oleh karenanya, meskipun sudah sepakat berpacaran, Magdalena tetap menganggap lelaki itu salah satu dari pelanggannya.

"Saya juga seorang perempuan. Akan sakit kalau suaminya dibawa orang," tambahnya.

Setelah itu, Magdalena diam beberapa saat. Sebab ada mobil yang berhenti di depan pondokannya. Tak lama kemudian, sopir mobil itu keluar dan menyapa Magdalena dengan senyum.

"Ceritanya sudah dulu, ya. Ada pelanggan. Saya jangan difoto, lho," bisiknya pelan.

Setelah berbisik, Magdalena berdiri dari tempat duduknya dan menyambut sang tamu. Beberapa saat berbicara, Magdalena pun mengajak tamunya masuk. (tamat)

***

Baca Juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com