Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Dua Pekerja Seks di Lokalisasi Pulau Baai...

Kompas.com - 22/10/2013, 09:11 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com — Detik terus berjalan menjadi menit, dan jam. Malam pun semakin larut. Obrolan dengan Ana dan Novi, dua pekerja seks komersial (PSK), di lokalisasi Pulau Baai, Bengkulu, semakin cair dan mengalir.

Kedua gadis asal Jawa Barat ini pun tak sungkan bercerita tentang awal mula terjun menjadi penjaja cinta di kompleks pelacuran yang terletak di Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu, tersebut.

Alasan klasik. Keduanya berdalih ingin memperbaiki ekonomi keluarga karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Apalagi Novi yang hanya bermodalkan ijazah sekolah dasar.

"Saya sudah memiliki anak perempuan Mas, usia enam tahun dan dua orangtua yang tidak bekerja, kalau saya tidak kerja mereka mau makan apa," kata Novi di tengah ingar bingar suara musik disko di dalam salah satu rumah bordil.

Dalam satu malam, Novi bisa mengumpulkan uang tidak kurang dari Rp 1 juta. Uang tersebut ia tabung dan selebihnya ia kirim secara rutin untuk orangtua dan anaknya di Cimahi.

"Saya kirim uang ke anak dan orangtua sebulannya sekitar Rp 3 juta, dan saya targetkan saya dapat membeli rumah dan dapat modal usaha baru berhenti menjadi lonte," katanya pelan, sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

Novi datang ke Bengkulu dan masuk ke lokalisasi tersebut atas informasi dari temannya yang sebelumnya pernah bekerja menjadi PSK di Pulau Baai. "Saya dikabari temen kalau mau jadi lonte ya ke Bengkulu aja, maka saya ikutan sampai dengan sekarang," kata wanita yang mengaku baru empat bulan bekerja di lokalisasi itu.

Novi mengaku belum pernah bekerja menjadi PSK sebelum di Bengkulu. Hanya, buntut dari perceraian membuatnya bingung untuk mencari uang dan akhirnya memilih menjadi PSK di Bengkulu.

Ana pun tak berbeda. Gadis dengan kulit putih mulus ini mengaku hanya memiliki ijazah sekolah menengah umum (SMU). Dia mengaku, pertama menjadi PSK, ketika rumah orangtuanya di Ciamis dijual oleh pamannya. Kedua orangtuanya pun terpaksa tinggal di rumah tetangga.

Sebab itulah, Ana berjanji harus bisa membelikan orangtuanya rumah dengan cara apa pun, termasuk menjadi PSK. "Tapi kepada orangtua saya mengaku kerja di Bengkulu sebagai marketing di sebuah perusahaan mobil, mereka tidak tahu kalau saya jadi lonte," kata Ana.
(Bersambung)

***

Baca juga:
Pulau Baai, 300-an PSK Menjual Diri di Lokalisasi Ini...

Meski Jual Diri, Kami Yakin Tuhan Sayang Kami...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com