Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maonmuti, Kampung Tunawicara dan Tunanetra

Kompas.com - 21/06/2013, 06:39 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com — Inilah Kampung Maonmuti, Desa Buk, Kecamatan Bikomi Tengah, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur. Kampung dengan hampir sebagian besar warganya tak bisa bicara alias tunawicara dan mengalami kebutaan pada mata.

“Di kampung kami ini, jumlah penduduk sekitar 68 orang dan 10 orang tidak bisa bicara (bisu) dan 11 orang matanya buta total," kata Yulita Elu, salah seorang ibu rumah tangga yang masih keturunan Timor Leste, saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Kamis (20/6/2013).

Bahkan, tutur Yulita, ada suami istri tetangganya yang sama-sama tunanetra memiliki empat anak yang semuanya tunawicara. Menurut cerita dari orang tua di wilayah ini, lanjut dia, kondisi banyaknya penyandang tunanetra dan tunawicara tersebut sudah terjadi dari nenek moyang mereka.

Yulita mengatakan, kampung mereka sudah dikenal luas oleh desa-desa tetangga terdekat, termasuk juga desa dari Timor Leste, sebagai kampung yang warganya memiliki kekurangan fisik.

Terisolasi

Kampung ini berbatasan langsung dengan Desa Kiubiselo, Kecamatan Nitib, Distrik Oekusi, Timor Leste. Lokasinya sangat terisolasi dan jauh dari perhatian pemerintah daerah setempat.

“Kehidupan kami di sini juga sangat sulit. Untuk mendapatkan air bersih, kami harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer. Begitu juga kalau mau belanja sembako di kios, harus berjalan kaki sepanjang lima kilometer ke Desa Buk,” tutur Yulita.

Menurut Yulita, kampung mereka hanya dikunjungi oleh kepala desa. Tak pernah satu kali pun, ujar dia, ada kunjungan dari pejabat kecamatan, apalagi kabupaten. Situasi tak berubah, meski pada 2011 ada proyek pengerasan jalan dari pemerintah pusat melewati kampung ini.

“Kehidupan kami memang seperti ini, Pak, meskipun sudah ada jalan negara yang lewat kampung kami dan kami langsung berbatasan dengan Timor Leste. Namun, kami tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah daerah. Kami hanya dikasih bantuan beras miskin, tetapi beras yang dikasih juga sebagian sudah rusak,” keluh Yulita.

Yulita berharap pemerintah memperhatikan warga di kampungnya dengan memberikan bantuan air bersih. ”Kami hanya butuh air bersih karena kami sangat kesulitan untuk mendapatkan air," kata dia.

Dalam sehari, menurut Yulita, warga Kampung Maonmuti, hanya bisa mandi paling banyak satu kali. "Itu pun khusus anak-anak. Kami, orang tua, dua hari sekali mandi," kata dia. Mereka menempuh jarak tiga kilometer untuk mendapatkan air dengan berjalan kaki. Air yang terbawa pun hanya cukup untuk memasak dan mencuci piring.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com