Salin Artikel

PLBN Skouw, Wajah Indonesia di Negeri Ufuk Timur Papua

TAPAL batas tak hanya sekadar perbatasan dua negara. Lebih dari itu, tapal batas adalah wajah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tak heran, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajaran pemerintahannya memberikan perhatian serius terhadap perbaikan dan penataan wajah perbatasan yang ada di seluruh Indonesia, termasuk di Papua.

Salah satunya adalah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang berada di Skouw, Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua.

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke 78 Republik Indonesia, Kompas.com melakukan peliputan khusus bertajuk Merah Putih di Perbatasan, berkolaborasi dengan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

Presiden Jokowi pada Selasa (9/5/2017) telah meresmikan PLBN Skouw, sebagai salah satu wajah baru negara di wilayah perbatasan RI-PNG Bumi Port Numbay (Kota Jayapura).

Lantas bagaimana kondisi PLBN Skouw usai diresmikan Presiden Jokowi? Bagaimana mobilisasi masyarakat Papua Nugini yang datang berbelanja di Indonesia dan sebaliknya warga Indonesia yang berkunjung ke PLBN Skouw?

Saya, Roberthus Yewen, akan berbagi kisah, sejak perjalanan dari Jayapura menuju tepi batas Indonesia dan Papua Nugini di PLBN Skouw hingga aktivitas di PLBN ini.

Dua jam menuju PLBN Skouw

Pada pukul 10.21 Waktu Indonesia Timur (WIT), Jurnalis Kompas.com menggunakan sepeda motor bertolak dari Kelurahan Abe Pantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura, menuju PLBN Skouw.

Untuk mempermudah perjalanan, salah satu jalan alternatif yang dilalui adalah ring road yang menghubungkan Distrik Abepura dan Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura.

Perjalanan berlanjut dengan melintasi Jembatan Yotefa atau yang dikenal populer oleh masyarakat awam sebagai Jembatan Merah  Jembatan ini menghubungkan Hamadi dan Holtekamp, dua tempat wisata yang ada di Kota Jayapura.

Setelah melewati lokasi wisata Pantai Holtekamp, perjalanan menggunakan jalur darat ini akan melewati Koya Tengah, Kampung Skouw Yambe, Skouw Sae, dan Kampung Mosso, sebelum memasuki lokasi PLBN Skouw.

Jalan raya selama perjalanan terbilang bagus, sebab diaspal. Lubang atau bagian jalanan yang rusak pun ditambal. Ini bukan sembarang jalan yang ada di Papua yang tak semuanya semulus ini.

Saat melintasi Kampung Koya Tengah, Distrik Muara Tami, di sisi kiri jalan tampak beberapa galian C batu kapur yang dikelola oleh masyarakat pemilik hak ulayat setempat.

Jurnalis Kompas.com sempat berhenti di Kantor Distrik Muara Tami yang berada di Kampung Skouw Mabo. Sayangnya Kepala Distrik Muara Tami tak berada di kantor. Perjalanan pun berlanjut lagi.

Di sesi perjalanan ini, Kompas.com melewati jembatan panjang yang menghubungkan Kampung Skouw Sae dan Kampung Mosso, Distrik Muara Tami. Di bawah jembatan ini terdapat Sungai Tami, salah satu sungai terbesar yang mengalir di wilayah perbatasan Kota Jayapura.

Sungai Tami sehari-hari berwarna kopi susu dan pembuangannya langsung berhadapan dengan lautan pasifik yang bertepi di Kampung Skouw Sae.

Di depan Jembatan Tami terdapat Pos Satgas milik TNI-AD yang berada di pinggir jalan raya. Setelah itu, melewati Kampung Mosso dan selanjutnya memasuki PLBN Skouw, yang merupakan wilayah perbatasan RI-PNG.

Dalam perjalanan terdapat beberapa pondok jualan yang dibangun menggunakan papan dan seng. Pondok ini milik masyarakat Papua yang berada tak jauh dari rumah mereka.

Di pondok jualan ini terlihat ada yang sedang menjual hasil kebun pisang, ubi-ubian, sayur dan pinang serta sirih.

Hari pasar di PLBN Skouw

Tepat pukul 12.00 WIT, saya tiba PLBN Skouw. Terlihat suasana begitu ramai, sebab bertepatan dengan hari pasar. Tak hanya warga setempat, Pasar Wisata PLBN Skouw juga dipenuhi orang-orang dari Papua Nugini. 

“Iya, hari ini adalah hari pasar. Biasanya seminggu dua kali,” kata Anang, salah satu pedagang di Pasar Wisata PLBN Skouw, saat ditemui Kompas.com, Selasa siang.

Tak hanya berbelanja, para pengunjung juga berwisata di pasar ini.

“Kalau hari Selasa ini memang banyak dari warga Papua Nugini yang ke Indonesia. Ada juga warga Indonesia yang datang berkunjung untuk foto-foto di sini,” ungkap Edo, salah satu petugas dari PLBN Skouw kepada Kompas.com, yang ditemui terpisah saat mencatat para pelintas batas.

Senja yang memikat mata

Setelah menjelajah sepanjang Selasa siang di PLBN Skouw, Kompas.com bertolak kembali ke Jayapura menjelang pukul 16.00 WIT. Ini menjadi perjalanan sore yang menyenangkan. Matahari senja yang pelahan tenggelam di ufuk Timur Indonesia adalah pemandangannya.

Senja terindah dapat dinikmati di Pantai Wisata Holtekamp yang merupakan salah satu lokasi menuju ke perbatasan RI-PNG di Skouw. Bahkan bagi warga setempat, pemandangan ini tetap menjadi latar yang mempesona untuk berfoto, apalagi bagi para muda-mudi.

Kisah PLBN Skouw tak berhenti di sini. Saya akan kembali lagi ke sini. Kita akan bertukar kisah hingga puncak peringatan hari kemerdekaan. Ikuti terus kisah saya dari PLBN Skouw dalam liputan khusus Kompas.com, Merah Putih di Perbatasan....

https://regional.kompas.com/read/2023/08/16/065405178/plbn-skouw-wajah-indonesia-di-negeri-ufuk-timur-papua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke