Salin Artikel

6 Catatan Karhutla Sumsel 2019: Kebun Raya dan Tanaman Langka Ikut Terbakar hingga Penemuan Harta Karun Sriwijaya

Dampak karhutla, selain membakar berhektar-hektar lahan dan kebun warga atau pun milik perusahaan, juga menimbulkan kabut asap yang berdampak buruk bagi kesehatan warga hingga aktivitas warga. 

Dampak kabut asap bahkan sampai membuat sejumlah jadwal penerbangan dibatalkan. 

Entah apa yang dipikirkan oleh para pembakar lahan, namun nyatanya, dampaknya sangat hebat. 

Bahkan tim pemadam pun kewalahan, hingga mereka pun turut bertaruh nyawa saat menjalankan tugasnya. 

Berikut lima fakta mengenai dampak karhutla Sumsel yang dirangkum oleh tim Kompas.com, sebagai catatan akhir tahun 2019. 

1. Karhutla "membakar" Sumsel

Berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan per November 2019, sebanyak 14 dari 17 kabupaten/kota yang ada di Sumsel mengalami kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Total luas hutan dan lahan yang terbakar di Provinsi Sumatera Selatan dari Januari-November 2019 mencapai 428.356 hektar.

Dari total jumlah tersebut hutan produksi tercatat yang paling luas mengalami kebakaran hutan atau mencapai 125.178 hektar (29,28 persen).

Diikuti hutan margasatwa 49.419 hektar (11,56 persen)¸ hutan produksi konversi 17.054 persen, taman nasional 14,037 persen, hutan produksi terbatas 10,744 hektar (2,51 persen) dan hutan lindung 3.114 hektar (073 persen).

Sedangkan titik panas atau Hot Spot selama tahun 2019 di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 3.434 titik dengan jumlah terbanyak di Kabupaten Ogan Komering Ilir mencapai 2.611 titik panas.

Dari data yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Sumsel luas lahan yang terbakar di Kabupaten Ogan Komering Ilir mencapai 233.546 hektar (54,52 persen). Sedangkan titik panas atau hot spot selama tahun 2010 mencapai 2.611 titik panas.

Dikuti oleh Kabupaten Banyuasin seluas 67.277 (15,71 persen) dan Kabupaten Musi Banyuasin 60.561 hektar (14,14 persen).

Kabupaten lain yang terhitung cukup luas terjadi kebakaran hutan dan lahan selain 3 besar di atas adalah Musirawas Utara 14.359 hektar (3,35 persen), Ogan Ilir 13,730 hektar (3,21 persen, Ogan Komering Ulu Timur 12.035 hektar (2,81 persen) dan Kabupaten Musi Rawas 11.021 hektar (2,57 hektar), sedang sisanya atau 7 kabupatan/kota lain dibawah 10 hektar.

Kebakaran lahan dan Kabupaten Ogan Komering Ilir tersebar di beberapa kecamatan.

Kecamatan yang paling parah dan sulit dilakukan pemadaman di antaranya Kecamatan Tulung Selapan, Kecamatan Cengal, Pampangan, Pedamaran Timur dan Air Sugihan.

Untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di daerah tersebut pihak BPBD Sumsel harus mengerahkan helikopter water bombing yang biayanya tidak murah.

Karhutla di Kebun Raya Sriwijaya terjadi selama seminggu. 

Dari 100 hektar luas lahan kebun raya yang diperuntukkan untuk konvervasi dan budi daya berbagai jenis tanaman asli Sumsel yang mulai langka itu, sedikitnya 20 hektar musnah hangus terbakar.

Kepala UPTD Kebun Raya Sriwijaya Zulkarnain yang diwawancarai saat terjadi kebakaran di lokasi Kebun Raya Sriwijaya beberapa waktu lalu mengatakan, sedikitnya 20 hektar luas lahan Kebun Raya Sriwijaya yang hangus terbakar selama kejadian satu minggu itu.

Dari 20 hektar itu jelas Zulkarnain, sedikitnya 20.000 batang tanaman jenis tembesu, pulai, pedang labu, jelutung, merbau dan meranti yang umurnya antara 2 hingga 4 tahun ludes terbakar.

Kabut asap yang berasal dari kebakaran lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir masuk ke Kota Palembang hingga membuat 500 sekolah di kota tersebut diliburkan karena level udaranya sudah dalam taraf membahayakan.

Sejumlah warga Kota Palembang banyak yang terkena ISPA karena menghisap asap sisa dari kebakaran lahan tersebut.

Sejumlah penerbangan bahkan harus dibatalkan karena jarak pandang yang sangat terbatas.

Pada 23 September 2019, sebanyak 14 jadwal penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB ) II Palembang, Sumatera Selatan, mengalami penundaan (delay).
Penundaan itu karena bandara tertutup kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan.

General Manajer AirNav Palembang Ari Subandrio mengatakan, dari 14 penerbangan yang mengalami delay tersebut, enam merupakan jadwal penerbangan yang berangkat. Sementara, delapan penerbangan merupakan jadwal kedatangan.

Dampak dari kabut asap kebakaran hutan dan tersebut membuat jarak pandang menjadi berkurang, sehingga para maskapai memutuskan untuk menunda penerbangan.

"Dampak asap, jarak pandang pilot berkurang. Baik take off maupun landing ditunda demi menjaga keselamatan penerbangan," kata Subandrio.

Kemudian pada 24 Oktober 2019, Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang mencatat, jarak pandang sempat menurun drastis akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di beberapa wilayah Sumatera Selatan.

Pada pukul 04.00-06.00 WIB, jarak pandang hanya mencapai 700-900 meter karena tertutup kabut asap.

Akibatnya, delapan penerbangan di Bandara SMB II harus tertunda karena jarak pandang yang menurun.

Selain itu rata-rata lokasinya sulit dicapai menggunakan kendaraan roda empat. Untuk mencapai lokasi titik api, tak jarang petugas pemadam harus berjalan kaki sejauh puluhan kilometer atau menggunakan sepeda motor khusus jalan tanah.

Sepeda motor harus menyeberangi kanal dengan cara digotong beramai-ramai karena tidak ada jembatan untuk menyeberang.

Seperti kejadian di lokasi perkebunan PT Rambang di daerah Teloko Ogan Komering Ilir Jumat (19/10/2019).

Rombongan petugas pemadam bersama Dandim Ogan Komering Ilir Letkol Riyandi dan Kapolres AKBP Donny Eka Syahputra berencana menuju lokasi kebakaran lahan gambut di bagian dalam lokasi perkebunan dengan menggunakan sepeda motor.

Dengan bersusah payah, akhirnya sepeda motor dapat diseberangkan dan rombongan dapat melanjutkan perjalanan ke lokasi kebakaran.

Kapolres Ogan Komering Ilir AKBP Donny Eka Syahputra mengatakan, lahan yang terbakar di Ogan Komering Ilir cukup banyak dan lokasi terpecah jauh-jauh.

Donny juga mengimbau masyarakat agar jangan lagi membakar lahan karena sangat sulit dipadamkan.

Sementara itu, Dandim 0402 OKI Letkol Riyandi mengatakan, lahan yang terbakar masih dalam wilayah hak guna usaha (HGU) perusahaan. Lokasi yang terbakar juga sangat terik saat siang hari dengan suhu yang panas.

“Pemadaman siang hari tidak efektif sebab petugas cepat sekali lelah, maka pemadaman dilakukan malam hari. Selain cuaca lebih dingin, pemadaman pada malam hari juga lebih mudah dan aman sebab arah angin tidak berubah-ubah seperti siang hari,” katanya, Jumat. 

Warga pun berbondong-bondong memburuh harta Karun yang ditemukan di lokasi tersebut, karena tak jarang mendapatkan perhiasan berbahan emas

Tak hanya itu, serbuk yang memiliki kandungan emas ikut ditemukan warga di lokasi bekas kebakaran hutan dan lahan (karhutla), tepatnya di Desa Sungai Jeruju, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Kecamatan Cengal sendiri merupakan salah satu tempat perburuan harta karun perhiasan masa Kerajaan Sriwijaya.

Kolektor Benda Peninggalan Sriwijaya Okky Okta Wijaya mengatakan, di Desa Sungai Jerujur warga banyak menemukan kandungan serbuk emas yang ada di dalam tanah.

Serbuk tersebut didapatkan setelah tanah dilimbang menggunakan alat seperti penyaring.

Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru angkat bicara soal banyaknya temuan perhiasan emas yang diduga merupakan harta karun peninggalan kerajaan Sriwijaya di Kecamatan Cengal Kabupaten OganKomering Ilir (OKI).

Herman mengatakan, ia akan melaporkan langsung temuan tersebut ke Kementerian Pendidikan dan Kebupayaan (Kemendikbud). Laporan tersebut diharapkannya agar ada tindak lanjut atas temuan tersebut.

"Kita akan kerja sama dengan Kemendikbud. Malam ini saya akan bertemu langsung dengan Kemendikbud untuk membahasa temuan tersebut, arkeolog juga nanti akan dibawa (ke lokasi)," kata Herman, Senin (7/10/2019).

https://regional.kompas.com/read/2019/12/20/07300031/6-catatan-karhutla-sumsel-2019--kebun-raya-dan-tanaman-langka-ikut-terbakar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke