Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Aspal hingga Santunan Miliaran Rupiah, Memori Warga tentang Dimas Kanjeng

Kompas.com - 07/10/2016, 13:38 WIB
Ahmad Faisol

Penulis

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Sudah lebih sepekan, Pasar Wangkal di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, tak lagi ramai.

Ainul, pedagang di Pasar Wangkal, menuturkan, aktivitas di pasar itu menurun sejak Taat Pribadi, pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng, ditangkap, 22 September lalu.

Tak bisa dipungkiri, lanjutnya, keberadaan santri Padepokan Dimas Kanjeng berpengaruh pada aktivitas ekonomi Pasar Wangkal karena pasar bakal ramai saat para santri menetap di padepokan.

"Tapi sejak Dimas Kanjeng ditangkap polisi, Pasar Wangkal langsung sepi. Santri padepokan banyak yang pulang ke kampung halaman. Dulu ribuan, sekarang tinggal ratusan katanya," imbuh Ainul, Kamis (6/10/2016).

Keberadaan padepokan Dimas Kanjeng bagi warga Desa Gading Wetan dan Desa Wangkal dinilai memberi banyak manfaat bagi warga. Taat Pribadi kerap menyumbang untuk kegiatan desa, memberikan santunan, hingga membangun jalan aspal di atas jalan desa.

Pada 29 Oktober 2014, Dimas Kanjeng meresmikan pembangunan jalan desa. Dimas membangun jalan aspal berbahan cool mix dari Dusun Gumut, Desa Gading Wetan, hingga Dusun Sumbercengkalek, Desa Wangkal.

Peresmian jalan desa ditandai dengan pengguntingan pita dan penandatangan prasasti, disaksikan warga.

“Harapannya, warga bisa menggunakan jalan desa ini dengan baik dan semoga bermanfaat,” ujar Dimas saat itu.

KOMPAS.com/Ahmad Faisol Gapura menyambut tamu di pintu masuk Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Pembangunan jalan desa sepanjang 1,5 kilometer dan lebar 5 meter itu diklaim menghabiskan Rp 4 miliar, termasuk biaya pembebasan lahan dan pembangunan dua gapura padepokan.

Warga Gading Wetan yang mengaku bernama Prapto (40) menuturkan, Dimas Kanjeng membangun jalan desa yang menghubungkan dua desa sepanjang 5 kilometer. Jalan desa yang sebelumnya curam, rusak, dan bergelombang itu pun kini mulus dan bagus. Warga bisa menjalankan aktivitas sehari-hari.

"Setelah dibangun oleh Kanjeng, jalannya bagus dan mulus. Enak dilewati. Tapi jalan itu sempat ditutup oleh para santri saat kasus pembunuhan Abdul Gani terkuak," ujarnya.

Jelang penangkapan Dimas Kanjeng oleh polisi, jalan desa di pintu masuk dan pintu keluar Padepokan ditutup portal oleh sejumlah santri Padepokan. Bahkan, usai ditangkap, santri masih menutup jalan itu dengan portal hingga akhirnya, pasukan Sabhara Polres Probolinggo yang dipimpin AKP Istono membongkar paksa portal itu.

(Baca juga: Dimas Kanjeng di Mata Santrinya, Mahaguru yang Dermawan)

Dimas Kanjeng juga kerap menggelar acara olahraga, mulai futsal hingga sepak bola dan voli. Padepokan menggelar lomba gerak jalan, kejuaraan sepak bola dan voli antar-RT se-Desa Wangkal, Kecamatan Gading dalam even Kanjeng Cup 2014.

Hadiahnya berlimpah. Untuk lomba sepak bola, juara I mendapatkan hadiah Rp 3,5 juta, juara II Rp 2,5 juta, juara III Rp 2 juta, dan juara IV Rp 1,5 juta. Sedangkan lomba voli, juara I Rp 3 juta, juara II Rp 2 juta, juara III Rp 1,5 juta dan juara IV Rp 1 juta.

Saat itu, Dimas Kanjeng mengatakan, pemuda adalah generasi penerus bangsa sehingga pemuda harus diberi wadah untuk mengembangkan bakatnya, salah satunya lewat olahraga. Selain itu, lanjutnya, olahraga merupakan jalan untuk meraih kesehatan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com