"Hidup kami semakin susah saja. Rumah sudah hancur, barang-barang hilang, kini harus hidup dengan sampah. Lama-lama kami di sini sakit semua," keluh Amry, warga Ketang Baru, Rabu (5/2/2014).
Banyaknya sampah di lapangan yang dulunya dijadikan sebagai tempat warga menggelar berbagai kegiatan tersebut, terlihat dari tingginya tumpukan sampah. Tingginya hampir setinggi masjid Nurul Huda, bangunan berlantai dua yang berada tepat di depan lapangan tersebut.
Warga yang berada di situ tidak punya pilihan lain. Menurut mereka, petugas kebersihan serta relawan dan anggota TNI yang membantu membersihkan sampah kewalahan. Akibatnya, sampah-sampah tersebut kemudian ditumpuk di lapangan bola.
Persoalan sampah memang menjadi pekerjaan yang paling serius yang kini harus ditangani pemerintah pascabanjir bandang menerjang Manado, Rabu lalu. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo saat ini sudah melebihi daya tampung.
Dari data yang diperoleh Kompas.com, dalam sehari sampah banjir bandang yang diangkut di Manado mencapai 2.500 hingga 3.000 meter kubik. Sementara diperkirakan total semua sampah yang harus diangkat sebanyak 100.000 kubik.
Gubernur Sulut Sendiri Sinyo Harry Sarundajang sempat menetapkan status darurat sampah agar persoalan sampah ini bisa segera teratasi. Sementara Wali Kota Manado Vicky Lumentut berjanji untuk bisa menuntaskan persoalan sampah dalam 40 hari.
Pantauan Kompas.com, kondisi yang sama juga masih terlihat di beberapa wilayah yang diterjang banjir bandang lalu. Walau setiap hari ada ribuan relawan yang bekerja mengangkat sampah, di sana-sini sampah dan lumpur yang sudah mengering masih terlihat menumpuk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.