Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momen Buruh Bentangkan Spanduk "Tolak Tapera, Tabungan Penderitaan Rakyat"

Kompas.com - 07/06/2024, 07:54 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Buruh di sejumlah daerah menolak Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kelompok buruh mendatangi kantor Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY untuk menyuarakan penolakan Tapera, Kamis (6/6/2024).

Pada momen itu, buruh membentangkan spanduk bertuliskan "Tolak Tapera Tabungan Penderitaan Rakyat".

Koordinator Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) DIY Irsyad Ade Irawan mengatakan, istilah "tabungan penderitaan rakyat" digunakan karena program Tapera dinilai tak akan berguna bagi buruh.

"Kita mengiur (bayar iuran) sudah pasti dipotong setiap bulan, tapi jaminan untuk mendapatkan rumah itu tidak pasti," ujarnya, Kamis.

Baca juga: Tolak Tapera, Buruh di Yogyakarta: Tabungan Penderitaan Rakyat

Ade mengibaratkan, jika pekerja di DIY, yang upah minimum regionalnya berkisar di angka Rp 2 juta, ikut iuran Tapera dengan besaran 2,5 hingga 3 persen selama 20 tahun, hanya akan mendapat pos ronda.

“Setahun paling (total iuran) Rp 700.000. 20 tahun paling Rp 15 juta,” ucapnya.

Dengan uang Rp 15 juta hanya bisa digunakan untuk membeli genteng dan pintu saja. Kalaupun dipaksakan mendirikan bangunan, bentuknya akan kecil, menyerupai pos ronda.

“Kita disuruh iuran, tapi rumahnya enggak dapat. Sudah dihitung tadi dengan 3 persen dari gaji Rp 2,4 juta, nanti cuma dapat pos ronda kalau pensiun,” ungkapnya.

Irsyad memandang, solusi agar pekerja bisa menjangkau rumah layak adalah dengan revisi Undang-undang Ketenagakerjaan. Hal ini dinilai bisa menjamin buruh memperoleh upah yang lebih layak.

"Jadi pertama yang paling penting karena ada situasi kondisi yang tidak memungkinkan, situasi dan kondisi apa yang tidak memungkinkan, satu adalah upah buruh yang sangat murah, kemudian harga tanah yang mahal, maka tabungan Tapera itu tidak masuk akal," tuturnya.

Baca juga: Tolak Tapera, Buruh di DIY: 20 Tahun Iuran, Cuma Bisa Dapat Pos Ronda

Demo tolak Tapera di Semarang


Buruh di Semarang melangsungkan demo tolak Tapera di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Kota Semarang, Kamis.

Koordinator Lapangan Aulia Hakim menuturkan, wacana pemotongan gaji buruh sekitar 2,5 persen untuk Tapera sangat tidak masuk akal. Padahal, ia menyebutkan, upah buruh di Jateng terbilang tak tinggi.

"Setelah kita iuran (sampai pensiun) jatuhnya adalah Rp 48 juta. Logikannya ketika kita nabung, ketika kita masa-masa pensiun (di usia) 58 tahun, hanya mendapat Rp 48 juta, tidak masuk logika," jelasnya.

Selain itu, buruh juga mengkhawatirkan dana itu akan menjadi lahan empuk korupsi.

"Katanya jangan khawatir uang itu nggak hilang, tapi siapa yang jamin? Dulu Taspen dan Asabri aja ilang lho dikorupsi milik temen-temen TNI dan Polri. Apalagi buruh," terangnya.

Oleh karena itu, buruh meminta pemerintah agar menunda program Tapera.

"Mohonlah tunda dulu, dan kalau tidak memungkinkan untuk dijalankan dan pasal-pasalnya itu belum bisa dijalankan. Saat ini buruh di Jateng kondisinya sangat minim. Uang yang didapat hanya untuk belanja kebutuhan pokok saja," paparnya.

Baca juga: Ratusan Buruh di Semarang Tolak Tapera: Program Tidak Masuk Akal

Halaman:


Terkini Lainnya

Terpeleset Saat Memancing, Dua Pemuda Tewas Tenggelam di Embung

Terpeleset Saat Memancing, Dua Pemuda Tewas Tenggelam di Embung

Regional
Sederet Cerita Saat Hewan Kurban Mengamuk, 'Terbang' ke Atap dan Tendang Panitia

Sederet Cerita Saat Hewan Kurban Mengamuk, "Terbang" ke Atap dan Tendang Panitia

Regional
Pemprov Sumbar Salurkan 83 Hewan Kurban di 15 Titik Bencana

Pemprov Sumbar Salurkan 83 Hewan Kurban di 15 Titik Bencana

Regional
Sosok Danis Murib, Prajurit TNI yang 2 Bulan Tinggalkan Tugas lalu Gabung KKB

Sosok Danis Murib, Prajurit TNI yang 2 Bulan Tinggalkan Tugas lalu Gabung KKB

Regional
Bocah 13 Tahun Dicabuli Ayah Tiri hingga Hamil, Ibu Korban Tahu Perbuatan Pelaku

Bocah 13 Tahun Dicabuli Ayah Tiri hingga Hamil, Ibu Korban Tahu Perbuatan Pelaku

Regional
Takut Dimarahi, Seorang Pelajar Minta Tolong Damkar Ambilkan Rapor

Takut Dimarahi, Seorang Pelajar Minta Tolong Damkar Ambilkan Rapor

Regional
Cerita Tatik, Dua Dekade Jualan Gerabah Saat Grebeg Besar Demak

Cerita Tatik, Dua Dekade Jualan Gerabah Saat Grebeg Besar Demak

Regional
BNPB Pasang EWS dengan CCTV di Sungai Berhulu dari Gunung Marapi

BNPB Pasang EWS dengan CCTV di Sungai Berhulu dari Gunung Marapi

Regional
PPDB SMA/SMK Dibuka Malam Ini, Pj Gubernur Banten Ultimatum Tak Ada Titip Menitip Siswa

PPDB SMA/SMK Dibuka Malam Ini, Pj Gubernur Banten Ultimatum Tak Ada Titip Menitip Siswa

Regional
Kasus Ayah Bunuh Anak di Serang, Warga Lihat Pelaku Kabur Bawa Golok dengan Bercak Darah

Kasus Ayah Bunuh Anak di Serang, Warga Lihat Pelaku Kabur Bawa Golok dengan Bercak Darah

Regional
4 Orang Tewas Ditabrak Mobil Elf di Aceh Timur, Ini Kronologinya

4 Orang Tewas Ditabrak Mobil Elf di Aceh Timur, Ini Kronologinya

Regional
Pilkada Salatiga Rawan Politik Uang, Gerindra Sebut Elektabilitas Tinggi Tak Jaminan Terpilih

Pilkada Salatiga Rawan Politik Uang, Gerindra Sebut Elektabilitas Tinggi Tak Jaminan Terpilih

Regional
Sebelum Bunuh Anaknya, Pria di Serang Banten Sempat Minta Dibunuh

Sebelum Bunuh Anaknya, Pria di Serang Banten Sempat Minta Dibunuh

Regional
Berantas Judi Online, Ponsel Aparat di Polres Bengkulu Utara Diperiksa

Berantas Judi Online, Ponsel Aparat di Polres Bengkulu Utara Diperiksa

Regional
KAI Tanjungkarang Tutup Perlintasan Sebidang Liar di Martapura

KAI Tanjungkarang Tutup Perlintasan Sebidang Liar di Martapura

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com