HALMAHERA UTARA, KOMPAS.com- Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Tobelo Johan Rivaldo Djini mengungkap detik-detik saat Bupati Halmahera Utara Frans Manery membubarkan dan mengejar demonstran sambil membawa parang.
Peristiwa tersebut terjadi saat sejumlah mahasiswa berunjuk rasa memprotes soal pertunjukan di Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 Halmahera Utara dan beberapa persoalan lainnya.
Baca juga: Bupati Halmahera Utara Kejar dan Bubarkan Demonstran Pakai Parang
"Kami pada waktu itu, bersepakat untuk menentukan beberapa poin penting yang akan kami sampaikan pada pemerintah, karena tanggal 31 Mei bertepatan dengan ulang tahun halmahera utara yang ke-21 tahun, makanya kami merefleksikan itu," ungkap Johan, Minggu (2/6/2024), seperti dikutip dari Kompas TV.
Massa aksi kemudian menuju ke kantor bupati dan bergerak dari Universitas Halmahera.
"Kami mendapatkan informasi hari itu juga pemerintah dan DPRD melakukan rapat paripurna di Kantor DPRD Halmahera Utara, kami pikir itu adalah kesempatan yang baik untuk menyisipkan poin tuntutan kami," kata dia.
Baca juga: Pala, Primadona Rempah Halmahera Utara (Bagian 3)
Namun saat mahasiswa menyampaikan orasi, tiba-tiba bupati dan ketua DPRD keluar dari ruangan rapat paripurna.
"Mereka sudah melihat massa aksi, namun mereka tidak mau memanggil dan memfasilitasi kami sehingga tuntutan kami bisa diakomodir," paparnya.
Bupati Frans tiba-tiba justru mengejar para demonstran sambil membawa parang untuk membubarkan aksi tersebut.
Baca juga: Pedagang di Alun-alun Halmahera Utara Diduga Ditarik Pungli Rp 500.000 Per Bulan, Kejari Selidiki
Johan mengungkapkan, tindakan bupati tersebut adalah pelanggaran hukum.
Mahasiswa pun akan melaporkan bupati ke Polres Halmahera Utara.
"Kami merasa ini pelanggaran hukum jadi kami akan laporkan kejadian ini ke polisi. Untuk progres pelaporan sudah final dan besok kami akan masukkan laporan resmi ke polres (Halmahera Utara)," kata dia.
Menurut Johan, tindakan keras bupati bukan sekali terjadi.
"Sikap begini bukan baru kali ini, berapa bulan lalu pernah teman-teman mahasiswa juga dihalangi dengan cara seperti itu. Pak bupati menggunakan kayu dan bersuara keras," akunya.
Sementara Bupati Halmagera Utara Frans Manery mengungkap bahwa dirinya sudah berupaya menegur para mahasiswa sebelum mengejar mereka sambil membawa parang.
"Massa aksi sudah meletakkan mobil dan berorasi di situ untuk mengusir tamu yang kami undang seakan tidak boleh melakukan pertunjukan," kata bupati, dikutip dari Kompas TV.
Bupati mengklaim dirinya hanya ingin melindungi tamu.
"Saya tegur baik-baik adik-adik sebaiknya pulang tapi mereka menantang saya, keuangan daerah seperti ini kenapa harus buang-buang uang, saya bilang ini kan hiburan tetap mereka melakukan orasi sementara kami harus melindungi tamu kami," katanya lagi.
Sumber: Kompas TV