SOLO, KOMPAS.com - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Kota Solo, Jawa Tengah merespons insiden kecelakaan bus yang terjadi pada rombongan study tour di Subang, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Ketua ASITA Kota Solo, Mirza Ananda mengatakan, kecelakaan rombongan study tour disebabkan karena ketidaklayakan armada bus yang mereka tumpangi.
Pihaknya menyarankan, agar menghindari penggunaan armada bus yang tidak layak.
Hal ini tidak hanya untuk study tour, tetapi semua perjalanan wisata harus menggunakan armada yang layak.
Baca juga: Bus Study Tour SMPN 3 Depok Tertimpa Tiang Listrik di Bali, Semua Siswa Selamat
"Semua perjalanan kita harus menghindari ketidaklayakan armada," kata Mirza kepada Kompas.com belum lama ini di Solo, Jawa Tengah.
Selain armada yang layak, lanjut Mirza, penggunaan vendor atau biro perjalanan yang kredibel sangat penting untuk kegiatan perjalanan wisata.
"Di lain hal itu, kami juga tentu menyoroti manajemen study tournya ini. Apakah mereka sudah menggunakan biro yang kredibel. Itu juga paling utama. Apakah sudah mengikuti anjuran biro yang sudah tersertifikasi ASITA. Karena di ASITA sendiri setiap enam bulan sekali, setiap tahun kami mengadakan dan mengikuti banyak sertifikasi untuk meningkatkan layanan," jelas dia.
Dia menduga, kecelakaan bus rombongan study tour di Subang juga terkait dengan pemilihan biro perjalanan yang tidak sesuai.
"Mungkin manajemennya ngawur ya. Dari awal berarti manajemennya ngawur. Pemilihan bus ngawur, segala macam harus ditelusuri gimana prosedurnya. Harus kita perbaiki ke depan," kata dia.
Baca juga: Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka
Dijelaskannya, ASITA Kota Solo dan Jawa Tengah sudah mengimbau Dinas Pendidikan di wilayah Jawa Tengah untuk membuat kerja sama terkait penyeragaman harga dan service perjalanan wisata.
Hal ini sebagai antisipasi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi sekaligus memberikan jaminan rasa aman serta kenyamanan dalam perjalanan wisata.
"Kami dari ASITA dan ASITA Jawa Tengah bukan karena ini (ada kecelakaan). Sudah dari tahun lalu kepada Dinas Pendidikan Jawa Tengah membuat MoU dengan ASITA. MoU kesepakatan seragam harga dan service (pelayanan). Jadi di situ tidak mudah terjadi penyelewengan. Misalnya Soloraya kita buat harga batas atas, batas bawah. Tidak boleh lebih itu, tidak boleh kurang dari itu," terang dia.
"Termasuk asuransinya. Jadi itu yang mungkin kami lebih agresif untuk menggandeng dinas-dinas," sambung dia.
Diberitakan sebelumnya, Disdikbud Jateng telah melarang sekolah menyelenggarakan study tour sejak tahun 2020.
Larangan itu kembali mencuat setelah kecelakaan bus maut di Ciater, Subang, Jawa Barat, yang membawa rombongan siswa SMK asal Depok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.