Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Caleg Stres karena Gagal, Ada yang Bolak-balik Naik Kereta hingga Berjam-jam di Luar Rumah

Kompas.com - 14/03/2024, 12:13 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Setelah kalah dalam kontestasi Pemilu 2024, sejumlah calon legislatif (caleg) mengalami guncangan mental yang berwujud ke beragam hal: mulai dari bolak-balik naik kereta Bogor-Jakarta hingga menghabiskan berjam-jam di luar rumah.

Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Devi Darmawan, mengatakan guncangan mental yang dialami para caleg gagal tersebut tak bisa sepenuhnya disalahkan kepada mereka dengan anggapan tak bisa menerima kekalahan.

Sebab di balik situasi itu, menurut Devi, ada kontribusi partai politik yang disebut tidak serius menyokong kadernya bertarung di tengah mahalnya ongkos demokrasi.

Bagaimana sebetulnya persiapan yang dilakukan parpol ketika menyodorkan calegnya di pemilu legislatif (Pileg) 2024?

Baca juga: 9 Artis Maju Caleg DPR RI Dapil Jatim, 6 Gagal dan 3 Lolos

Bolak-balik naik kereta Bogor-Jakarta

Icuk Pramana Putra, Wakil Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Depok, Jawa Barat, bercerita setidaknya ada lima caleg gagal dari partainya yang terguncang secara mental gara-gara kalah di Pemilu 2024.

Kelimanya bisa dibilang caleg baru yang sedianya bertarung memperebutkan kursi di DPRD Kota Depok.

Tapi dari lima orang itu, kata Icuk, ada satu caleg yang menurutnya cukup menjadi perhatian karena berperilaku tak lazim.

"Dia naik kereta dari stasiun Bogor ke Kota, Jakarta... bolak-balik terus duduk di Taman Topi lama berjam-jam sampai malam," ungkap Icuk kepada BBC News Indonesia.

Baca juga: 2 PPK di Lumajang Diberi Sanksi Peringatan Keras Imbas Geser Suara Caleg

"Buat saya, yang dia lakukan enggak lazim. Karena caleg ini biasanya enggak pernah naik kereta, rata-rata kami bawa mobil atau motor."

Icuk tak mau menyebutkan nama caleg tersebut karena alasan privasi.

Usia si caleg, kata dia, kira-kira 40 tahun. Yang bersangkutan belum ada pengalaman di dunia politik dan tidak punya latar belakang politik.

PSI, katanya, menerima caleg tersebut karena secara personal dianggap mumpuni serta punya kesamaan pemikiran soal anti-korupsi dan toleransi.

"Juga karena kemampuan finansialnya baik. Jadi kami harap dia bisa menduduki kursi di DPRD Kota Depok."

Baca juga: Deretan Caleg Tenar yang Gagal di Provinsi Banten: Wakil Ketua MPR hingga Sejarawan

Di pemilu tahun ini, si caleg disebut mengeluarkan modal mencapai ratusan juta rupiah. Uang itu dipakai untuk menebar spanduk atau baliho dirinya serta berjumpa calon konstituen.

Agar kesempatan menangnya semakin besar, ujar Icuk, PSI memberikan 'nomor cantik' kepadanya di kertas surat suara. Nomor cantik yang dimaksud yakni urutan pertama – yang biasanya diperuntukkan bagi pengurus partai.

"Kami kasih ke beliau tempat khusus, karena potensinya cukup besar mengangkat suara PSI."

Untuk lolos ke DPRD Kota Depok, si caleg setidaknya harus mengantongi 7.000 suara. Pada hari pemilihan, perolehan suaranya jauh dari harapan, kata Icuk.

"Ya hasilnya tidak sesuai target si caleg. Suaranya justru salah satu yang terendah dibanding caleg-caleg di nomor yang sama."

Baca juga: Agus Rahardjo Ungkap Kenaikan Suara Tak Wajar Caleg DPD Jatim, dari Posisi Kelima Lompat ke Pertama

Kejadian si caleg bolak-balik naik kereta Bogor-Jakarta terjadi dua hari setelah pencoblosan. Dari cerita tim sukses kepadanya, keluarga sang caleg sampai harus menjemput karena dia enggan pulang.

Beberapa hari setelahnya Icuk ditelepon si caleg yang isinya: "Minta tolong, masih bisa enggak dimenangin?"

Icuk menjawab: "Saya bilang 'nanti kami coba, kami tanyakan apa masih ada kesempatan dan hitung dulu jumlah kursinya'. Intinya dia masih berharap."

"10 hari saya tidak di rumah"

ilustrasi depresi, ilustrasi election stress disorder, gejala election stress disorderiStockPhoto/urbazon ilustrasi depresi, ilustrasi election stress disorder, gejala election stress disorder
Di Dapil Pamekasan V, Jawa Timur, Suwasik, yang merupakan seorang anggota caleg dari Partai Garuda, harus menelan kekalahan untuk kedua kalinya.

Meskipun kekecewaan yang ia rasakan tak sebesar dulu, tapi pikirannya sempat berantakan setelah tahu perolehan suaranya tak cukup besar untuk mengantarkannya ke DPRD Kabupaten Pamekasan.

Dia bercerita, selama 10 hari setelah pencoblosan lebih sering berada di luar rumah.

"Saya kalau jam 4 sore sampai 9 malam tidak di rumah," kata Suwasik.

"Saya butuh apa ya... refreshing... butuh tempat yang nyaman ketika saya tidak nyaman di rumah... jadi saya sering di luar."

Baca juga: 2 PPK di Lumajang Diberi Sanksi Peringatan Keras Imbas Geser Suara Caleg

"Kadang ngopi dengan teman-teman... supaya bisa mem-balance-kan pikiran saya lagi."

Suwasik bercerita hal yang paling membebani pikirannya adalah bagaimana memperbaiki keuangan keluarga setelah mengeluarkan uang untuk modal kampanye.

Pria paruh baya ini tak mau terus terang menyebutkan angka pasti. Yang jelas, menurutnya, di bawah ongkos kampanye pertamanya yang mencapai Rp300 juta.

Angka itu menurutnya kurang maksimal untuk mendulang suara lantaran caleg lain, klaimnya, menggelontorkan uang lebih besar untuk "serangan fajar" atau bagi-bagi duit ke warga pada hari pemilihan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mayat yang Ditemukan di Trotoar Simpang Sentul Bogor Diduga Korban Tawuran, Ditemukan Luka Sobek di Punggung

Mayat yang Ditemukan di Trotoar Simpang Sentul Bogor Diduga Korban Tawuran, Ditemukan Luka Sobek di Punggung

Regional
Pergerakan Tanah di Cianjur Meluas, 2 Kampung Diungsikan

Pergerakan Tanah di Cianjur Meluas, 2 Kampung Diungsikan

Regional
Cerita Rukijan, Tujuh Tahun Menanti Kabar Anaknya di Depan Pintu Pagar Rumah Mertua...

Cerita Rukijan, Tujuh Tahun Menanti Kabar Anaknya di Depan Pintu Pagar Rumah Mertua...

Regional
Ada Belatung di Nasi Kotak Pesanan, Rumah Makan Padang di Ambon Dipasangi Garis Polisi

Ada Belatung di Nasi Kotak Pesanan, Rumah Makan Padang di Ambon Dipasangi Garis Polisi

Regional
Mengenal Festival Rimpu Mantika, Upaya Pelestarian Kekayaan Budaya Bima

Mengenal Festival Rimpu Mantika, Upaya Pelestarian Kekayaan Budaya Bima

Regional
Terekam CCTV, Begini Detik-detik Penembakan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto

Terekam CCTV, Begini Detik-detik Penembakan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto

Regional
Longsor Terjang Lebong Bengkulu, Jalur Lintas Putus, Satu Mobil Masuk Jurang

Longsor Terjang Lebong Bengkulu, Jalur Lintas Putus, Satu Mobil Masuk Jurang

Regional
Dikira Ikan, Pemancing di Kalsel Malah Temukan Mayat yang Tersangkut Mata Kail

Dikira Ikan, Pemancing di Kalsel Malah Temukan Mayat yang Tersangkut Mata Kail

Regional
Geger Penemuan Mayat Pria di Bogor, Tergeletak di Trotoar Dekat Simpang Sentul

Geger Penemuan Mayat Pria di Bogor, Tergeletak di Trotoar Dekat Simpang Sentul

Regional
Kronologi Penembakan di Hotel Braga Purwokerto, Pelaku Diduga Tolak Bayar Parkir

Kronologi Penembakan di Hotel Braga Purwokerto, Pelaku Diduga Tolak Bayar Parkir

Regional
Perkosa Siswi SMP, Pria 19 Tahun di Buru Selatan Ditangkap

Perkosa Siswi SMP, Pria 19 Tahun di Buru Selatan Ditangkap

Regional
Kepala Bayi Terpisah Saat Persalinan, Polresta Banjarmasin Bentuk Tim Penyelidikan

Kepala Bayi Terpisah Saat Persalinan, Polresta Banjarmasin Bentuk Tim Penyelidikan

Regional
Tim SAR Gabungan Cari 1 Korban Tertimbun Longsor di Buntao Toraja Utara

Tim SAR Gabungan Cari 1 Korban Tertimbun Longsor di Buntao Toraja Utara

Regional
Pj Gubernur Sumsel: Perempuan Pilar Utama dalam Membangun Keluarga dan Negara

Pj Gubernur Sumsel: Perempuan Pilar Utama dalam Membangun Keluarga dan Negara

Regional
Bangun Sarang Burung Walet di Belakang Gedung, Kantor Desa di Pulau Sebatik Ini Dapat Kas Rp 2 juta Sekali Panen

Bangun Sarang Burung Walet di Belakang Gedung, Kantor Desa di Pulau Sebatik Ini Dapat Kas Rp 2 juta Sekali Panen

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com