Suwasik mengaku bahwa perasaan bakal kalah sebetulnya sudah muncul kala Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Pemilu 2024 tetap menggunakan sistem proporsional terbuka.
"Karena sistemnya proporsional terbuka, jadi ini perang finansial... bukan perang figur atau kemampuan individu caleg. Kalau modal kita minim ya tidak bisa paksakan diri."
Baca juga: Caleg Gagal di Dapil Banten III: Hary Tanoe hingga Menantu Ma’ruf Amin
Itu mengapa Suwasik tidak terlalu berharap bisa menang. Dia bahkan tak lagi mengawal perolehan suaranya di tingkat kecamatan.
Kendati sudah dua kali tumbang, ia berkata belum kapok. Masih tersimpan secuil ambisi untuk melenggang ke DPRD Kabupaten Pamekasan dengan menjadikan kekalahan berulang ini sebagai pengalaman.
"Masak saya akan jadi penonton terus," ucapnya.
Di Dapil Subang IV, Jawa Barat, Ahmad Rizal sempat dicap caleg stres gara-gara tingkahnya yang viral di media sosial.
Di Instagram, kader Partai Nasional Demokrat (Nasdem) ini nampak mengenakan helm besi dan menyalakan kembang api di siang bolong dalam jumlah besar di menara masjid di kawasan Patokbesi, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Narasi yang berkembang di media sosial dan media online menyebutkan kelakuannya itu meresahkan warga. Bahkan seorang nenek yang memiliki riwayat penyakit jantung disebut meninggal karena kaget mendengar suara petasan
Tapi pria yang akrab disapa Rizal ini membantah semua tuduhan itu.
"[Tudingan] itu dilebih-lebihkan, makanya saya kecewa. Begini, wartawan ada kode etik, harusnya sebelum pemberitaan dinaikkan, konfirmasi dong. Harusnya [pernyataan] dua belah pihak. Terkadang ada beberapa media tidak peduli dengan merugikan orang," keluhnya.
Baca juga: Caleg Gagal Subang Ungkap Alasan Bongkar Jalan dan Nyalakan Petasan
Rizal sebetulnya sudah tiga periode berturut-turut menduduki kursi anggota DPRD Kabupaten Subang. Namun pada pertarungan keempatnya dia kalah.
Ia bercerita hanya memperoleh sekitar 4.600-an suara – merosot tajam dari perolehan suara di tiga periode sebelumnya yang mencapai 12.500 suara.
Padahal di pemilu kali ini dia mengaku sudah melakukan berbagai upaya. Misalnya membangun sejumlah fasilitas publik bernilai hingga Rp1,5 miliar di dapilnya.
Dia menduga, kekalahannya ini akibat manuver caleg lain yang membagi-bagikan "uang jajan" ke pemilih.
"Kalau saya selama empat periode ini tidak pernah ngasih 'uang jajan'. Saya mengandalkan program untuk umum, seperti pembangunan jalan, musala, majelis taklim, masjid, tempat pengajian, fasilitas umum untuk anak muda, olahraga, dan sebagainya."
Baca juga: Caleg Gagal di Cilegon Tutup Sumur, Warga Terpaksa Berjalan 1 Km Cari Air Bersih
Karena merasa sudah berbuat banyak di dapilnya, bahkan memakai uang pribadi, Rizal mengaku kaget dengan jumlah suara yang didapat.
Itu mengapa dia akhirnya membongkar kembali fasilitas umum berupa saluran air sesuai perjanjian dengan warga, klaimnya.
"Satu bulan sebelum pemilihan, masyarakat Blok Jambu minta ke saya, 'Pak di sini banjir terus gimana solusinya?'. Lalu saya beli pipa paralon yang 12 inci delapan batang kurang lebih semuanya Rp12 jutaan."
"Kemudian warga menyatakan seluruh Blok Jambu akan memilih saya. Saya becandain, 'kalau enggak milih saya gimana nih?' [Warga menjawab] 'bongkar saja pak', katanya begitu."
"Lah kemudian saya dipermainkan. Perolehan suara saya cuma 40 dari 300 suara. Artinya saya menganggap ini sudah sesuai perjanjian, ya dibongkar lagi. Itu dibangunnya pakai uang pribadi," papar Rizal.
Baca juga: Caleg Gagal di Bandar Lampung Mengaku Beri Rp 760 Juta ke Oknum KPUD hingga Panwascam
Selain membongkar saluran air, Rizal juga membongkar jalan di depan rumah warga yang diklaim dibangun memakai uang pribadi.
Kata dia, jalan itu dibongkar karena mengarah ke jalan buntu dan bukan jalan umum. Alasan lain, karena seorang warga di sana disebut tidak memilihnya dan mengucapkan kata-kata kasar kepadanya.
Gara-gara tindakan itu, dia dituduh sebagai caleg stres.
Adapun soal aksi bakar petasan, ia mengatakan hal itu dilakukan untuk merayakan kemenangannya di beberapa daerah, salah satunya di Tambakjati.
Bakar petasan, katanya, sudah menjadi warga setempat saat menyambut kemenangan, hajatan, atau perayaan hari besar Islam dan tahun baru.
Baginya kekalahan ini adalah takdir. Meskipun keluar uang miliaran rupiah, namun secara mental dia mengaku masih baik-baik saja.
Baca juga: RSUD Bantul Terima Satu Pasien Caleg Gagal, Keluhannya Sulit Tidur
Devi menyebut ada faktor lain yang membuat para caleg seperti itu, yakni partai politik yang tidak serius menyokong kadernya bertarung dan mahalnya ongkos demokrasi.
"Jadi ada banyak faktor yang menyebabkan kondisi seseorang tak cukup mampu meng-handle situasi yang membuatnya tertekan," imbuh Devi kepada BBC News Indonesia.
Idealnya, kata Devi, jauh sebelum kontestasi politik dimulai parpol harus memberikan pembekalan. Mulai dari penyiapan mental, pengetahuan tentang partai politik, strategi kampanye, hingga sokongan materiil.
Baca juga: RSUD Wonosari Siapkan Ruangan Khusus Caleg Gagal yang Stres, Kerahasiaannya Terjamin