Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2.000 Warga Jateng Terjangkit DBD Sepanjang 2024, Paling Banyak Menginfeksi Siswa SD

Kompas.com - 05/03/2024, 11:07 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Tercatat 2.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang Januari hingga Februari 2024 di Jawa Tengah.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah mencatat, anak usia SD menjadi golongan yang paling banyak terinfeksi nyamuk Aedes aegypti, penyebab DBD.

Hal itu disampaikan Sub Koordinator Penyakit Tak Menular dan Menular Dinkes Jateng, Arfian Nevi saat wawancara melalui sambungan telepon, Selasa (5/3/2024).

Menurutnya, banyak tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti di lingkungan sekolah dan rumah. Kondisi ini membuat anak-anak rentan terkena DBD.

Baca juga: 4 Kecamatan di Magelang Endemis DBD, Mana Saja?

"Sebagian besar anak usia sekolah tingkat SD. Penyebabnya bisa karena ada tempat perindukannya. Artinya ada genangan air di lingkungan sekolah dan sekitar rumah," kata Arfian.

Dia menjelaskan, selama musim penghujan pengelolaan sampah yang buruk sangat berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.

Sehingga sedikit tumpukan sampah plastik atau botol yang terkena genangan air hujan dapat menjadi sarang tumbuhnya nyamuk tersebut.

"Kemudian yang membuka peluang tergigit kalau anak-anak SD pakai celana pendek, sehingga lebih mudah tergigit nyamuk, nyamuk menggigit di pagi hari," imbuhnya.

Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat melakukan langkah pencegahan dengan langkah Menguras, Menutup dan Mengubur (3M) dan rutin memantau jentik di rumah dan di lingkungan sekolah.

"Artinya setiap rumah bangynan paling tidak ada 1 orang pemantau jentik, jadi istrilahnya ada gerakan 1 rumah 1 jumantik baik di sekolah termasuk di rumah," lanjutnya.

Kemudian bila suatu titik sudah terjadi sebaran kasus DBD, pemerintah akan turun melakukan semprotan fogging untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti di titik itu.

"Kalau fogging ada syaratnya harus ada kasus positif kalau tidak ada kasus enggak efektif. Dan foging bahan kimia, kalau enggak tepat sasaran, bisa berdampak burukl untuk makhluk hidup terutama kita sendiri dan hewan," katanya.

Dia menilai 3M lebih efektif karena membasi jentik. Sedangkan foging hanya membunuh nyamuk dewasa.

Upaya ini menjadi penting mengingat sebanyak 67 warga Jateng dilaporkan meninggal setelah terkena DBD.

"Di tahun 2024, periode bulan Januari-Februari kasusnya ada 2.000, yang meninggal ada 67 orang. Tertinggi di Jepara 16 kasus, Kendal 13 kasus," beber Arfian.

Baca juga: 2.000 Warga Jateng Terserang DBD Sepanjang 2024, 67 Meninggal, Daerah Mana yang Paling Banyak?

Arfian menjelaskan Kabupaten/kota dengan angka kematian terbanyak yakni Jepara dan Kendal.

Jepara sebanyak 16 kasus kematian dan Kendal 13 kasus.

Kendati demikian, kasus DBD 2024 ini dia sebut jauh menurun dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama, yakni Januari-Februari 2023, yakni sejumlah 6.656 pasien DBD dan pasien meninggal 143.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

Regional
Deputi 1 KSP Febry Calvin Tetelepta Daftar Jadi Cagub Maluku dari PDI-P

Deputi 1 KSP Febry Calvin Tetelepta Daftar Jadi Cagub Maluku dari PDI-P

Regional
Speedboat Terbakar di Perairan Gili Trawangan, Kapten Alami Luka Bakar

Speedboat Terbakar di Perairan Gili Trawangan, Kapten Alami Luka Bakar

Regional
Polisi Ungkap Kasus Wanita Tewas di Kampar, Ternyata Dibunuh Mantan Suaminya karena Perselingkuhan

Polisi Ungkap Kasus Wanita Tewas di Kampar, Ternyata Dibunuh Mantan Suaminya karena Perselingkuhan

Regional
Bangka Belitung Rekrut 235 Anggota PPK, Digaji Rp 2,5 Juta

Bangka Belitung Rekrut 235 Anggota PPK, Digaji Rp 2,5 Juta

Regional
Korupsi 200 Ton Beras, Eks Wali Kota Tual Ditahan Polisi

Korupsi 200 Ton Beras, Eks Wali Kota Tual Ditahan Polisi

Regional
Sekda Maluku Sadli Ie Ditunjuk Jadi Pj Gubernur, Gantikan Murad yang Habis Masa Jabatan

Sekda Maluku Sadli Ie Ditunjuk Jadi Pj Gubernur, Gantikan Murad yang Habis Masa Jabatan

Regional
Kapal Belum Masuk, Harga Bawang Putih di Ambon Tembus Rp 50.000 Per Kg

Kapal Belum Masuk, Harga Bawang Putih di Ambon Tembus Rp 50.000 Per Kg

Regional
Pemkot Magelang Punya Layanan Sedot Tinja, Berikut Tarif dan Cara Pakai Jasanya

Pemkot Magelang Punya Layanan Sedot Tinja, Berikut Tarif dan Cara Pakai Jasanya

Regional
Penembak Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Ditangkap

Penembak Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Ditangkap

Regional
390 Kg Daging Celeng Diselundupkan ke Bekasi, Disembunyikan Dalam Truk Pengangkut Besi

390 Kg Daging Celeng Diselundupkan ke Bekasi, Disembunyikan Dalam Truk Pengangkut Besi

Regional
Kasus Adik Aniaya Kakak hingga Tewas di Klaten, Polisi: Tunggu Hasil Observasi

Kasus Adik Aniaya Kakak hingga Tewas di Klaten, Polisi: Tunggu Hasil Observasi

Regional
MGPA Beri Harga Khusus Tiket MotoGP Mandalika Selama Periode 'Early Bird'

MGPA Beri Harga Khusus Tiket MotoGP Mandalika Selama Periode "Early Bird"

Regional
Usung Luqman Hakim pada Pilkada Salatiga, PKB Buka Pendaftaran untuk Cari Wakilnya

Usung Luqman Hakim pada Pilkada Salatiga, PKB Buka Pendaftaran untuk Cari Wakilnya

Regional
Gempa M 4,7 di Boalemo Dipicu Aktivitas Lempeng Laut Sulawesi Utara

Gempa M 4,7 di Boalemo Dipicu Aktivitas Lempeng Laut Sulawesi Utara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com