Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nelayan di Sumbawa: Merugi karena Hasil Tangkapan Berkurang akibat Cuaca Ekstrem

Kompas.com - 07/12/2023, 18:46 WIB
Susi Gustiana,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nelayan di Dusun Bajo, Desa Kukin, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengaku merugi karena hasil tangkapan ikan selama dua bulan terakhir ini jauh berkurang.

Kondisi cuaca ekstrem di laut dipengaruhi perubahan iklim dan peralihan musim. Demikian disampaikan Sirajuddin (54) saat ditemui Kamis (7/12/2023).

“Iya, hasil tangkapan jauh berkurang, sejak kondisi cuaca tidak menentu karena perubahan iklim dan sering terjadi cuaca ekstrem ini,” katanya.

Kondisi cuaca tak menentu berdampak pada arus di tengah laut yang membuat ikan migrasi lebih jauh.

Baca juga: Nelayan Sumbawa yang Tangkap Lobster di Perairan NTT Diminta Terbuka pada Penyidik

Ia harus menempuh ratusan mil untuk menangkap ikan. Berbeda dengan dulu, ikan di sekitar terumbu karang kawasan Pulau Moyo dan Teluk Saleh lebih mudah dijumpai seperti kakap, kerapu, ekor kuning, dan lain-lain.

Desa Kukin berbatasan langsung dengan Pulau Moyo yang berada di pesisir utara Pulau Sumbawa. Saat cuaca seperti sekarang ini sangat mempengaruhi hasil tangkapan ikan.

"Sangat berpengaruh pada hasil tangkapan. Jika dulu mampu menjaring ratusan kilo ikan per hari, saat ini hanya satu sampai lima kilo saja per hari," sebut Sirajuddin.

“Hari ini hasil tangkapan saya hanya dua kilo,” ucapnya.

Ia mengaku merugi, padahal pengeluaran untuk bahan bakar jauh lebih besar. Kadang pengeluaran terus terjadi tetapi pemasukan tidak ada.

“Kita beli minyak 10 liter Rp 120 ribu. Habis dalam dua hari saja untuk melaut,” sebutnya.

Ia mencoba menghitung total penangkapan ikan dua bulan terakhir ini sebanyak 200 kilo saja. Jauh berkurang apabila dibandingkan dengan 2022 di mana per bulan bisa dapat 100-250 kilo ikan.

Baca juga: Tangkapan Melimpah, Nelayan Mukomuko Bagikan Ikan Gratis untuk Warga

Sirajuddin mengakui masih memiliki tiga anak usia sekolah yang harus dibiayai. Ketika cuaca ekstrem tidak bisa melaut, maka ia terpaksa meminjam uang kepada rentenir.

Ia berharap kepada pemerintah agar memberikan bantuan peralatan bagi nelayan seperti jaring ikan dan lainnya.

Selanjutnya di tempat yang sama, seorang pelaut lainnya Juprianto (41), menyampaikan, memang kondisi cuaca sedang tidak bersahabat.

Saat kondisi cuaca tak mendukung seperti sekarang, ia memilih menjadi buruh harian di lahan pertanian milik orang lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com