TIDAK hanya sektor ekonomi dengan keberadaan Pasar Skouw yang menarik perhatian di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua.
Di pos perbatasan Indonesia-Papua Nugini dengan lokasi paling atas di Pulau Cendrawasih, didapati ada pendidikan anak usia dini (PAUD), yaitu PAUD Eirene.
Makin menarik karena murid PAUD ini adalah anak-anak dari Papua Nugini, tepatnya dari Kampung Wutung, Distrik Vanimo.
Baca juga: Di Perbatasan Indonesia-Papua Nugini: Skouw dan Wutung, Keluarga Berabad-abad
Ketua Jemaat GKI Eirene PLBN Skouw, Pendeta Bastian Worobay, menjelaskan bahwa PAUD ini milik Yayasan Mosso Care Papua. Berdiri pada 2022, PAUD ini meluluskan angkatan pertama pada 2023.
Menurut Bastian, kehadiran PAUD yang ada di wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini ini tidak sia-sia. Belasan anak-anak dari Kampung Wutung ikut belajar di sini.
“Ada 20 anak (belajar) di PAUD Eirene. Di antara mereka, 19 anak berasal dari Papua Nugini dan satu anak dari Indonesia," ungkap Bastian kepada Kompas.com, Selasa (15/8/2023).
Sejak didirikan hingga saat ini, kata Bastian, PAUD ini belum memiliki tempat tersendiri di PLBN Skouw.
Yang dipakai sampai sekarang adalah ruangan di Gereja GKI Eirene, salah satu fasilitas keagamaan yang ada di PLBN Skouw.
Baca juga: Simbol Toleransi Beragama Ada di Perbatasan Indonesia-Papua Nugini
Meski demikian, kata Bastian, semangat para siswa PAUD yang berasal dari Wutung terlihat luar biasa. Bagi Bastian, keberadaan PAUD dan minat belajar dari anak-anak negara tetangga merupakan poin positif bagi wajah Indonesia di bidang pendidikan.
Ondoafi Perbatasan Wutung-Skouw, Stanis Tanfa Chilong, sangat mendukung keberadaan fasilitas pendidikan di PLBN Skouw. Bahkan, dia mengaku berkeinginan anak-anak Papua Nugini di wilayah perbatasan belajar dan bersekolah di PLBN Skouw.
“Saya ingin anak-anak Papua Nugini di perbatasan PLBN Skouw, terutama di Kampung Wutung, bisa sekolah di Indonesia, (juga anak-anak) di sekitar daerah perbatasan Indonesia-Papua Nugini di Skouw,” tutur Stanis kepada Kompas.com, Rabu (17/8/2023).
Baca juga: Setelah 15 Tahun Tanpa Listrik, Warga Wutung Papua Nugini: Terima Kasih, Presiden Jokowi...
Stanis berharap, ke depan tidak hanya ada PAUD di PLBN Skouw. Harapannya, kelak juga ada sekolah setingkat SD, SMP, dan SMA yang dibangun dan tersedia di area PLBN Skouw.
“Saya ingin anak-anak kampung dari Papua Nugini bisa melanjutkan sekolah di perbatasan wilayah Indonesia dan mereka bisa mendapatkan sertifikat atau jasa selama menempuh pendidikan tersebut,” lanjut Stanis
Sebagai tokoh adat, selaku ondoafi pemilik hak ulayat yang meliputi Wutung Papua Nugini dan Skouw Indonesia, dia tegas menyatakan dukungan terhadap pendidikan bagi warga perbatasan Indonesia dan Papua Nugini di kawasan PLBN Skouw.
Tak hanya itu, Stanis bahkan mengaku telah menyiapkan lahan untuk dipakai menjadi lokasi fasilitas pendidikan di kawasan PLBN Skouw.
Baca juga: Kisah Uang Kina di Pasar PLBN Skouw