JAYAPURA, KOMPAS.com - Perkembangan ekonomi di Papua, sebelum dimekarkan menjadi empat provinsi, terus didominasi oleh sektor tambang yang berada di Kabupaten Mimika.
Upaya untuk meningkatkan perekonomian dari sektor non tambang terus dilakukan walau secara kuantitas masih belum memperoleh hasil signifikan.
Dari beberapa komoditas yang ada, kopi menjadi salah satu komoditas yang terus diupayakan untuk bisa menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua, khususnya di wilayah pegunungan.
Baca juga: Guru di Flores Timur Siksa Siswa dengan Air Panas, Korban Dituduh Mencuri Kopi oleh Pelaku
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua, sejak 7 tahun terakhir, sudah menggelar Festival Kopi Papua sebanyak enam kali.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti yang hadir dalam Festival Kopi Papua 2023 menyebut, area perkebunan kopi di Papua baru seluas 13.991 hektare dengan jumlah produksi sebesar 2.799 ton per tahun.
Berdasarkan data tersebut, kontribusi luas perkebunan kopi di Papua terhadap nasional baru sebesar 1,09 persen dan share jumlah produksi kopi di Papua terhadap nasional adalah 0,35 persen.
*Namun hal ini menggambarkan bahwa masih terdapat peluang yang sangat besar untuk terus mengembangkan industri kopi di Papua mengingat potensi Kopi Papua yang sangat tinggi," ujar Destry, di Jayapura, Jumat (4/8/2023).
Walau secara kuantitas masih sangat kecil, Destry menyebut biji Kopi Papua diminati pasar nasional dan internasional karena memiliki cita rasa yang unik.
Karenanya pengembangan area perkebunan diharapkan dapat terus dilakukan agar sisi kualitas Kopi Papua bisa diiringi dengan faktor kuantitas.
"Di lain sisi, kita perlu lihat juga dari sisi kualitas, mengingat Kopi dari Papua didominasi oleh kopi Arabica dengan kualitas premium. Kopi Arabica dari Papua berasal dari daerah dataran tinggi Papua yaitu Kabupaten Jayawijaya, Yahukimo, Paniai, Lanny Jaya dan lainnya," tuturnya.
Wanginya nama kopi Papua yang didominasi oleh jenis biji kopi Arabika rupanya memang sudah tercium ke pasar mancanegara. Hanya saja minat itu tidak bisa diimbangi oleh keadaan stok.
Glorio Ledang selaku pemilik Jurnal Kopi Papua menceritakan bahwa sudah beberapa kali dirinya berkomunikasi dengan calon pembeli dari luar negeri, tetapi hingga saat ini realisasinya tidak juga ada karena faktor kuantitas.
"Saya tahun lalu kerjasama dengan trader, kita trial satu tahun tapi kuotanya kita tidak dapat," akunya.
Baca juga: Bolak-balik Thailand demi Racikan Kopi Ganja, Pria Asal Bandung Ditahan Polres Cimahi
Sementara saat ini, sudah ada beberapa calon pembeli yang dari sisi nominal sangat menggiurkan.
Tetapi lagi-lagi keadaan stok biji kopi yang inkonsisten membuat hal itu belum juga terwujud.