Sebagian besar masyarakat di wilayah pegunungan Papua masih bergantung pada hasil bumi. Selain karena sulitnya akses transportasi, minimnya lapangan kerja juga menjadi penyebabnya.
Ketika kopi Papua mulai dikenal di pasar luas, muncul harapan baru bagi para petaninya, seperti yang diakui oleh Moses Jigibalom.
Sejauh ini Moses sudah melayani pembeli dari Jakarta dan Kalimantan, walau sebagian besar biji kopinya diserap oleh pasar di Jayapura.
Ia yang baru berusia 29 tahun, mengaku sudah beberapa tahun fokus menjadi petani dan pengepul kopi di Lanny Jaya.
Menurut dia, sejauh ini kondisi perekonomiannya terus membaik karena berapa pun biji kopi yang ia hasilkan dan kumpulkan, pasti ada pembelinya.
"Kita satu tahun bisa mencapai 2 ton dalam bentuk gabah, setelah diolah jumlahnya jadi sekitar 1 ton. Stok yang ada semua ada yang beli, jadi kalau ada peningkatan produksi semua terserap," kata Moses.
Ia mengaku saat ini kehidupannya semakin mapan karena kopi. "Untuk menghidupi keluarga dari kopi, saat ini jadi nyata, saya sendiri kalau untuk kehidupan sehari-hari sudah lebih dari itu asal kita fokus kerja kopi," tuturnya.
Tetapi ia juga mengkhawatirkan keberadaan kebun kopi di masa depan. Hal ini dikarenakan para petani kopi di Lainnya Jaya merupakan para orang tua yang usainya sudah di atas 40 tahun.
Generasi muda, atau orang-orang sebayanya dilihat Moses masih lebih tertarik untuk mengejar profesi lain, seperti ASN atau juga politikus.
"Sekarang petani kopi di Lanny Jaya umumnya orang-orang tua, yang seumuran dengan saya belum ada, bisa di bilang saya paling muda," ungkapnya.
Moses pun berharap pemerintah bisa lebih proaktif turun melihat para petani agar kopi bisa segera menjadi sebuah industri yang dapat menarik minat para pemuda.
Selain itu, ia juga meminta pemerintah untuk bisa membantu kebutuhan para petani, khususnya petani kopi.
Karena Lanny Jaya merupakan wilayah pegunungan yang lokasinya lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut, maka para petani sangat membutuhkan batuan tempat penjemuran biji kopi.
"Sebenarnya di Tiom (Lanny Jaya) tanahnya sangat subur, tapi pemerintah belum pernah melihat secara langsung ke petani. Saat ini semua bergerak secara swadaya, kami sangat butuh tempat penjemuran kopi karena para petani tidak hanya menanam kopi, tapi juga hasil bumi lain, sementara di sini curah hujan cukup tinggi," ungkap Moses.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat ditekankan oleh Moses harus menjadi fokus utama dari pemerintah, terlebih bagi mereka yang hidup di wilayah pelosok yang infrastrukturnya masih tertinggal dari daerah lain di Indonesia.
Dengan campur tangan pemerintah, ia meyakini kopi di Lanny Jaya bisa dapat menjadi sebuah industri yang akan berdampak pada sektor kehidupan lain sehingga masyarakat di pelosok Papua bisa benar-benar merasakan keadilan yang sama dengan masyarakat lain yang ada di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.