KOMPAS.com - Menyambut perayaan Paskah, masyarakat Larantuka di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur memiliki sebuah tradisi Pekan Suci bernama Semana Santa.
Semana Santa adalah rangkaian prosesi Pekan Suci yang terdiri dari berbagai ritual yang dimulai dengan Misa Minggu Palma dan ditutup di hari minggu dengan Misa Paskah.
Baca juga: Buha-buha Ijuk, Tradisi Ziarah Kubur pada Perayaan Paskah di Tanah Batak
Semana Santa ini diketahui telah berlangsung selama lebih dari lima abad dan penuh dengan tradisi yang berasal dari kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Larantuka.
Tradisi Semana Santa juga menjadi perayaan keagamaan terbesar yang dirayakan oleh masyarakat Flores.
Baca juga: Jalan Salib, Tradisi Umat Katolik Wonogiri di Hari Jumat Agung
Dilansir dari laman indonesia.travel, sejarah tradisi Semana Santa bermula sekitar 500 tahun lalu ketika seorang pemuda dari Suku Resiona sedang bermain di pinggir laut.
Keturunan Raja Larantuka, Don Andre Martinus Diaz Viera de Godinho, menyebut bahwa pemuda Resiona itu melihat sesosok dewi yang berjalan di atas air.
Baca juga: Operasi Semana Santa Jelang Paskah, Polda NTT Siapkan 165 Personel
Pemuda Resiona tersebut lalu bertanya kepada sosok dewi itu, namun malah dijawab dengan bahasa yang asing.
Sang pemuda lalu melaporkan hal yang dialaminya kepada para tetua suku. Namun, saat mereka kembali ke tempat tersebut yang ada hanyalah sebuah patung perempuan berparas syahdu.
Patung perempuan berparas syahdu tersebut lalu mereka bawa ke korke (rumah adat).
Seiring waktu, masyarakat Larantuka termasuk rajanya mulai menyembah figur perempuan tersebut dianggap selalu mendatangkan keberuntungan.
Bersama dengan datangnya bangsa Portugis di Flores, datanglah juga misionaris yang menyebarkan agama Katolik.
Raja Larantuka lalu mengajak misionaris tersebut melihat figur suci yang kini telah dikenal sebagai Tuan Ma.
Setelah menyadari bahwa tulisan di dekat figur tersebut berbunyi 'Santa Maria Reinha Rosari', sang misionaris langsung berlutut saat menyadari bahwa figur itu ternyata adalah Bunda Maria.
Singkat cerita, di tahun 1650 Raja Larantuka Ola Adobala kemudian dibaptis dan menyerahkan kekuasaannya kepada Tuan Ma.
Pada tahun 1665, putra dari Ola Adobala, Don Gaspar I mulai mengarak patung Tuan Ma keliling Larantuka, yang melahirkan tradisi Semana Santa yang masih tetap dipertahankan hingga saat ini.