Salin Artikel

Semana Santa, Tradisi Paskah di Larantuka yang Telah Berusia 5 Abad

KOMPAS.com - Menyambut perayaan Paskah, masyarakat Larantuka di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur memiliki sebuah tradisi Pekan Suci bernama Semana Santa.

Semana Santa adalah rangkaian prosesi Pekan Suci yang terdiri dari berbagai ritual yang dimulai dengan Misa Minggu Palma dan ditutup di hari minggu dengan Misa Paskah.

Semana Santa ini diketahui telah berlangsung selama lebih dari lima abad dan penuh dengan tradisi yang berasal dari kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Larantuka.

Tradisi Semana Santa juga menjadi perayaan keagamaan terbesar yang dirayakan oleh masyarakat Flores.

Asal-usul Tradisi Semana Santa

Dilansir dari laman indonesia.travel, sejarah tradisi Semana Santa bermula sekitar 500 tahun lalu ketika seorang pemuda dari Suku Resiona sedang bermain di pinggir laut.

Keturunan Raja Larantuka, Don Andre Martinus Diaz Viera de Godinho, menyebut bahwa pemuda Resiona itu melihat sesosok dewi yang berjalan di atas air.

Pemuda Resiona tersebut lalu bertanya kepada sosok dewi itu, namun malah dijawab dengan bahasa yang asing.

Sang pemuda lalu melaporkan hal yang dialaminya kepada para tetua suku. Namun, saat mereka kembali ke tempat tersebut yang ada hanyalah sebuah patung perempuan berparas syahdu.

Patung perempuan berparas syahdu tersebut lalu mereka bawa ke korke (rumah adat).

Seiring waktu, masyarakat Larantuka termasuk rajanya mulai menyembah figur perempuan tersebut dianggap selalu mendatangkan keberuntungan.

Bersama dengan datangnya bangsa Portugis di Flores, datanglah juga misionaris yang menyebarkan agama Katolik.

Raja Larantuka lalu mengajak misionaris tersebut melihat figur suci yang kini telah dikenal sebagai Tuan Ma.

Setelah menyadari bahwa tulisan di dekat figur tersebut berbunyi 'Santa Maria Reinha Rosari', sang misionaris langsung berlutut saat menyadari bahwa figur itu ternyata adalah Bunda Maria.

Singkat cerita, di tahun 1650 Raja Larantuka Ola Adobala kemudian dibaptis dan menyerahkan kekuasaannya kepada Tuan Ma.

Pada tahun 1665, putra dari Ola Adobala, Don Gaspar I mulai mengarak patung Tuan Ma keliling Larantuka, yang melahirkan tradisi Semana Santa yang masih tetap dipertahankan hingga saat ini.

Rangkaian Tradisi Semana Santa

Tradisi Semana Santa Larantuka berlangsung selama perayaan Paskah yaitu pada salah Pekan Suci.

Rangkaian dari perayaan keagamaan Semana Santa dimulai pada Misa Minggu Palma di masing-masing kapel.

Selanjutnya, para umat akan berdoa Semana di Kapela Tuan Ma dan di Tori Tuan-Tuan.

Kapela Tuan Ma kemudian dipersiapkan untuk melaksanakan seremoni pembukaan.

Seremoni dilanjutkan dengan prosesi Cium Tuan yaitu salib Tuan Ana (Tuhan Yesus) dan Tuan Ma (Bunda Maria) oleh para peziarah di kapel tempat Tuan berada.

Kemudian, di hari kelima dilaksanakanlah Misa Kamis Putih di masing-masing kapel dan katedral yang diikuti dengan prosesi Jalan Salib.

Keesokan harinya, Misa Jumat Agung dilaksanakan yang biasanya dilanjutkan dengan ziarah makam, lamentasi, serta prosesi pemberkatan tempat-tempat armida (pemberhentian prosesi saat Prosesi Jumat Agung), kapela, dan tori oleh tim pastor.

Di hari sabtu, Misa Sabtu Suci dilaksanakan dan Pekan Suci ditutup di hari minggu dengan Misa Paskah.

Momen Semana Santa kerap digunakan oleh para peziarah dari berbagai daerah untuk datang ke Larantuka.

Selain mengikuti sakralnya perayaan Semana Santa yang diselenggarakan setahun sekali, momen ini juga dimanfaatkan peziarah untuk menyampaikan permohonan, agar dikabulkan.

Tradisi Semana Santa 2023

Setelah tiga tahun terhenti akibat pandemi, kemeriahan perayaan Semana Santa 2023 kembali diselenggarakan.

Keputusan penyelenggaraan kegiatan rohani tersebut dikukuhkan dalam surat Uskup Larantuka nomor KL 10/V.1/I/2123 tertanggal 10 Januari 2023.

dengan begitu, tradisi Semana Santa kembali dilaksanakan untuk umum setelah Keuskupan Larantuka mengumumkan bahwa prosesi Paskah ini terbuka untuk seluruh peziarah tanpa membedakan suku, agama, ras dan budaya.

Uskup menyatakan bahwa paroki-paroki yang memiliki tradisi Semana Santa diizinkan untuk kembali merayakan seperti sebelum pandemi COVID-19.

Sementara itu untuk paroki atau stasi tertentu yang memiliki tradisi khusus, seperti Paroki Katedral, Paroki San Juan Lebao Tengah (Tuan Meninu), Lingkungan Pantai Besar (Misericordia), Stasi Wureh, dan Stasi Konga diharapkan agar tetap menghidupkan semangat awal dari tradisi Semana Santa agar tidak mengaburkan pesan asli dari kegiatan rohani tersebut.

Sumber: indonesia.travel, flores.tribunnews.com, flores.tribunnews.com, m.antaranews.com  

https://regional.kompas.com/read/2023/04/06/204146778/semana-santa-tradisi-paskah-di-larantuka-yang-telah-berusia-5-abad

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke