Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rahmad Maulizar, Antar 5.000 Anak Bibir Sumbing Dapatkan Operasi Gratis dan Senyum Baru

Kompas.com - 29/12/2021, 10:50 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

ACEH BARAT, KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat Rahmad Maulizar, 29, untuk tetap menjangkau anak-anak penderita bibir sumbing di berbagai daerah di Provinsi Aceh.

Setelah melihat situasinya memungkinkan, dia segera memutuskan untuk kembali turun ke lapangan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat mulai pertengahan 2020.

Nyatanya, selama pandemi, handphone Rahmad tak juga berhenti berdering menerima panggilan dari masyarakat yang ingin mendaftar operasi bibir sumbing gratis.

Pria kelahiran Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Aceh itu merupakan seorang pekerja sosial di Yayasan Smile Train Indonesia di Aceh.

Sejak 2010, dia sudah aktif menjadi sukarelawan yang bertugas mencari penderita bibir sumbing untuk bisa dioperasi secara gratis.

Selama mengunjungi daerah-daerah, Rahmad hampir selalu meninggalkan nomor teleponnya pada orang-orang yang ditemui.

Nomor teleponnya juga telah disebar melalui media sosial maupun lewat banyak stiker, kalender, dan spanduk yang memuat informasi program operasi bibir sumbing dari Smile Train.

Alih-alih terganggu, Rahmad justru bahagia saat ada yang mengabarkan ada warga yang ingin dioperasi.

Nomor teleponnya selalu dia aktifkan 24 jam sehari seperti layanan darurat.

“Ketika ada telepon masuk, saya sebisa mungkin akan langsung merespons dan secepatnya akan mendatangi mereka yang membutuhkan penanganan bibir sumbing,” kata dia saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (28/12/2021).

Baca juga: Kisah Dokter Jailani 5.000 Kali Operasi Bibir Sumbing Gratis, Berikan Senyuman Baru bagi Penderita

Namun, selama pandemi Covid-19, Rahmad memang harus meminta maaf kepada warga karena ada kemungkinan tak bisa menjadwalkan pelaksanaan operasi bibir sumbing lebih cepat dibandingkan sebelumnya.

Pasalnya, pengurus Yayasan Smile Train Indonesia dan tim dokter dengan terpaksa telah memutuskan untuk mengurangi kuota tindakan operasi bibir sumbing gratis demi keamanan bersama di tengah wabah virus corona.

Sebelum pandemi, sedikitnya ada 8-10 orang yang bisa mengikuti operasi bibir sumbing gratis di Rumah Sakit Umum (RSU) Malahayati, Banda Aceh, setiap pekan.

Sementara, selama pandemi ini, kuota pasien yang dapat menjalani operasi dibatasi jadi 5-6 orang per pekan.

Dengan begitu, antrean operasi sementara ini bisa jadi lebih panjang daripada sebelum pandemi.

“Sebenarnya masih ada banyak keluarga yang membutuhkan pertolongan. Tapi semuanya perlu disesuaikan karena pandemi,” ujar dia.

Rahmad mengaku memahami betul keinginan para penderita bibir sumbing maupun para orang tua yang memiliki anak dengan bibir sumbing untuk bisa mendapatkan penanganan sesegera mungkin.

Bagaimana tidak, dirinya juga terlahir dengan bibir sumbing. Dengan kondisi bawaan itu, dia pernah merasakan sendiri sejumlah ketidaknyamanan dalam hidup.

Oleh sebab itu, dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan setiap penderita bibir sumbing yang telah mendaftar bisa menjalani operasi pada gilirannya.

Rahmad juga bertekat akan terus mencari anak-anak penderita bibir sumbing lainnya agar dapat dioperasi secara gratis dengan biaya ditanggung Yayasan Smile Train Indonesia.

Pengalaman mengidap bibir sumbing

Bukan hanya tak bisa makan, minum, atau berbicara dengan leluasa, Rahmad mengaku pernah juga merasa sulit untuk bisa punya teman di masa kecil karena memiliki bibir sumbing.

Ketika duduk di bangku sekolah dasar (SD), banyak teman-temanya malah sering meledek.

Mereka kerap mengecilkan hatinya dengan meniru suaranya yang sengau karena pengaruh bibir sumbing.

Alhasil, Rahmad kecil menjadi pribadi yang tak terlalu suka bergaul dengan teman-temannya di sekolah.

Baca juga: Viral, Video Bayi Baru Lahir dengan Bibir Sumbing Dibuang di Masjid, Tergeletak di Atas Sajadah

Sayangnya, aksi perundungan tak jarang dia dapatkan pula dari anak-anak lain di sekitar rumahnya.

Karena hal itu, Rahmad menjadi lebih suka berada di dalam rumah untuk bermain sendiri, belajar, atau membantu orang tua.

Keadaan pun tak begitu berubah ketika dia mulai beranjak remaja.

Rahmad yang saat itu sudah semakin paham bahwa dirinya terlahir berbeda dari kebanyakan orang, jadi merasa semakin minder.

“Saat itu saya mulai berpikir, ibarat mobil, saya ini punya bumper yang hancur. Tak enak dipandang. Saya tak nyaman, tak pede (percaya diri),” ungkap dia.

Rahmad akhirnya lebih banyak juga mengisi waktu remajanya dengan mengasingkan diri.

Beruntungnya, dia punya sosok ibu yang selalu bisa menjadi tempat untuk menumpahkan keluh kesah dan kesedihan.

Rahmad bercerita, sang ibu selalu membesarkan hatinya dengan mengatakan bahwa kekurangan yang dimiliki adalah kelebihan dalam bentuk yang lain.

Dia pun mencoba untuk tidak pernah kecewa terhadap Tuhan.

Rahmad meyakini apa pun yang sudah diberikan Tuhan, itu adalah yang terbaik.

Berkat operasi bibir sumbing

Pada 2004, sebelum bencana tsunami besar melanda Aceh, Rahmad pernah mendapat kesempatan untuk bisa menjalani operasi bibir sumbing.

Dia telah diupayakan oleh kedua orang tuanya untuk memperoleh penanganan medis perbaikan celah bibir dan langit-langit mulut.

Tapi, Rahmad menyebut, hasil operasinya itu ternyata tak sesuai dengan harapan, yakni tak terlalu bagus.

"Saya ingat, pada saat itu saya terus diajarkan untuk pandai bersyukur. Saya hanya kekurangan di bibir, sementara ada banyak orang lain mungkin tak bisa jalan karena mereka terlahir tanpa kaki,” ungkap dia.

Meski begitu, Rahmad mengaku tetap saja saat itu cukup sulit untuk bisa menghilangkan rasa kurang percaya diri hingga 100 persen karena punya bibir sumbing.

Baca juga: Hari Jadi Ke-728 Kota Surabaya, Pemkot Gelar Operasi Bibir Sumbing Gratis, Warga Luar Daerah Boleh Mendaftar

Rahmad remaja begitu berharap bisa memiliki bentuk bibir normal seperti kebanyakan teman-temannya.

Tapi, dia tak tahu harus berbuat apa untuk bisa mewujudkan keinginannya itu.

Rahmad saat itu tak berani juga memaksa kedua orang tuanya untuk membawanya kembali ke dokter agar bibirnya bisa dioperasi lagi.

Dia pun sempat pasrah dengan kondisi bibirnya yang belum bisa terlihat normal selayaknya orang lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Regional
Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Regional
Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com