Rahmad sudah berpikir akan terus hidup dengan bibir sumbing.
Namun, tiga tahun berselang, alam rupanya berkehendak lain.
Hak ini bermula ketika pada suatu pagi di akhir 2007, sebelum sampai ke sekolah dari rumah, dia memutuskan untuk ke sebuah warung kopi.
Di sanalah dia yang saat itu masih duduk di kelas 1 SMP Negeri 5 Meulaboh “dipertemukan” dengan sebuah koran yang memuat informasi mengenai kegiatan operasi bibir sumbing gratis di Banda Aceh.
Selang beberapa hari, dengan menumpang angkutan umum, Rahmad nekat pergi dari Meulaboh menuju ke Banda Aceh untuk mencari dokter yang melakukan operasi gratis tersebut.
Beruntung, dia berhasil menemui Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekontruksi–Estetik, dr. Muhammad Jailani, SpBP-RE.(K) yang dimaksud dan mendaftar program operasi bibir sumbing gratis yang ditanggung biayanya oleh Yayasan Smile Train Indonesia.
Pada 2008, Rahmad akhirnya bisa menjalani operasi bibir sumbing lagi.
Operasi dilakukan di RSU Malahayati, Banda Aceh.
Dia tak hanya sekali dioperasi untuk perbaikan celah bibir dan langit-langit mulut.
Ada beberapa tahapan operasi yang mesti Rahmad ikuti sampai pada akhirnya sumbing di bibirnya bisa hilang pada 2010.
“Saya bersyukur sekali ketika mendapatkan kesempatan dibantu operasi sampai beberapa kali oleh program Smile Train Indonesia,” ucapnya.
Baca juga: Sambut HUT ke-12 RSUD Suradadi, Sido Muncul Fasilitasi Operasi Bibir Sumbing 30 Orang
Rahmad mengaku sangat bahagia ketika memiliki penampilan baru di wajah tanpa bibir sumbing mulai 11 tahun silam.
Tak ingin senang sendiri, dia pun saat itu langsung berinisiatif untuk mencoba membagikan informasi program operasi bibir sumbing gratis dari Smile Train ke warga Aceh lain yang mungkin membutuhkan.
Informasi disebar Rahmad melalui media sosial dan dari mulut ke mulut.
Aksi baiknya itu ternyata dilirik juga oleh Yayasan Smile Train Indonesia.
Di mana, tak berselang lama, Rahmad ditawari untuk menjadi sukarelawan di yayasan non-profit tersebut.
Dia diberi tantangan untuk sekaligus mencari penderita bibir sumbing sebanyak-banyaknya di Aceh agar bisa dioperasi secara gratis.
Gayung bersambut, Rahmad tanpa pikir panjang langsung menerima pinangan Smile Train.
“Setelah dioperasi saya memang sudah langsung meniatkan diri untuk bisa membantu orang lain. Jadi saya sangat siap ketika diajak menjadi sukarelawan,” ujar jelas.
Rahmad pada mulanya bergerak di kawasan Aceh Barat dan Nagan Raya.
Secara bertahap dia kemudian mulai memperluas jangkauan pencarian penderita bibir sumbing di Aceh.
Belakangan, Rahmad sudah bergerilya di lebih dari 23 kabupaten atau kota di Provinsi Aceh.
Daerah terpencil seperti Lokop, di Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur juga pernah dia sambangi.
Jarak Lokop ke Banda Aceh adalah lebih kurang 261 kilometer.
Agar bisa sampai ke pelosok daerah, Rahmad lebih sering memakai sepeda motor daripada mobil.
Jika tak menggunakan sepeda motor sendiri, dia bisa meminjam kendaraan operasional milik Smile Train.
Sementara, mobil dari Yayasan biasanya baru akan dia gunakan ketika ada agenda menjemput pasien untuk dioperasi di rumah sakit.
Per tahun ini, Rahmad berarti sudah 11 tahun menjadi sukarelawan di Yayasan Smile Train Indonesia dan tak menargetkan materi sebagai tujuan utamanya dalam bekerja.
“Uang memang saya butuhkan, tapi itu bukanlah satu-satunya yang bisa bikin saya bahagia selama ini. Nyatanya, saya sangat senang ketika saya bisa melakukan kegiatan sosial dan membantu orang lain," tutur dia.
Rahmad meyakini siapa saja yang mau dengan ikhlas menolong orang lain, kebaikan pasti akan kembali datang kepadanya bahkan bisa berkali-kali lipat.
Dia pun merasakan sendiri kenikmatan tersebut.
Rahmad bersyukur ketika bisnis pulsa elektrik dan jualan onlinenya masih bisa berjalan lancar di tengah-tengah fokusnya mencari anak penderita bibir sumbing.
Istrinya juga bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarganya.
Termasuk, pada tahun ini, dia tak menyangka akan dilirik oleh juri dalam pemilihan penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021.
Pada Oktober lalu, Rahmad ditetapkan menjadi penerima apresiasi SATU Indonesia Awards untuk bidang kesehatan.
“Kalau rezeki, yakinlah Tuhan sudah tentukan. Tidak usah terlalu dirisaukan. Kuncinya adalah ikhlas saja jalani setiap kegiatan yang kita anggap baik dan bisa dapat bermanfaat bagi orang lain,” ucap dia.
Rahmad menyampaikan apresiasi yang diberikan oleh Astra tersebut telah semakin memotivasi dirinya untuk bisa mengantarkan senyum ke lebih banyak anak penderita bibir sumbing di Aceh.
Dia sendiri menganggap membantu orang lain adalah suatu kewajiban dan bisa membuat bahagia.
“Saya bersyukur selama ini sering diterima oleh orang tua pasien. Saya dijamu, dipersilakan tidur di sana ketika kemalaman, dan lain sebagainya. Ini kan juga termasuk rezeki yang saya terima. Saya jadi tambah saudara,” jelas dia.
Baca juga: Jaga Kesehatan Mental Anak Penderita BIbir Sumbing, Bagaimana Caranya?
Sejak dioperasi oleh Yayasan Smile Train, Rahmad telah berkomitmen akan menghibahkan hidupnya untuk bisa membantu orang lain, terutama anak-anak penderita bibir sumbing di Aceh.
Bagaimanapun, dia sudah tahu betul bagaimana rasanya hidup dengan bibir sumbing.