PONTIANAK, KOMPAS.com – Sebanyak 969.000 hektar kawasan daerah aliran sungai (DAS) di Kalimantan Barat (Kalbar) kritis dan rusak.
Hal tersebut, dinilai menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir dalam sebulan terakhir.
“Secara global, ada sekitar 969.000 hektare daerah aliran sungai di Kalbar mengalami kerusakan lahan dan kritis. Paling besar adalah DAS Kapuas,” kata Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kapuas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Remran saat ditemui, Senin (15/11/2021).
Baca juga: Update Banjir Sintang Kalbar: Air Mulai Surut, 32.919 Warga Masih Mengungsi
Sebagai informasi, ada empat DAS prioritas di Kalbar, DAS Kapuas seluas 9.659.789 juta hektare, DAS Pawan 1.144.425 juta hektare, DAS Sambas 746.414 hektare, dan DAS Mempawah 181.382 hektare.
Daerah yang paling luas tentunya DAS Kapuas, DAS ini melintasi tujuh kabupaten dan kota, yakni Kota Pontianak, Kabupaten Landak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu.
Remran menyebut, Danau Sentarum Kapuas Hulu telah mengalami degradasi atau kerusakan, salah satunya akibat ahli fungsli lahan, karena masih banyak eksploitasi sumber daya alam di sektor pertambangan dan perkebunan
“Kalau dilihat dari topografi, di hulu DAS itu ada cekungan, nah itu sudah mengalami degradasi akibat dari pembukaan lahan,” ujar Remran.
Baca juga: Pengungsi Bencana Banjir Sintang Mulai Terserang Gatal dan Diare, Air Bersih Kurang
Diberitakan, banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar), diklaim mulai surut. Namun, masih ada sebanyak 32.919 jiwa warga terdampak yang mengungsi.
"Ada 32. 919 jiwa yang telah diungsikan diri akibat banjir di Sintang. Mereka ditempatkandi 100 posko yang telah disiapkan," kata Kepala Bidang (Kabid), Kedaulatan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sintang Sugianto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (14/11/2021).