LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Masih memakai seragam merah putih, seorang bocah berusia 11 tahun bernama Deri melewati rumah-rumah berdinding bedeng milik warga.
Aktivitas belajar di sekolah telah usai, Deri kini dalam perjalanan pulang ke rumah. Dengan ransel biru di punggungnya, bocah itu berjalan riang.
Salah satu tangannya terlihat memegang tali ransel sebelah kanan yang putus sejak beberapa hari lalu.
Saat mendekati rumah, Deri langsung menemui neneknya yang sedang menenun. Bocah itu mengucap salam dan mencium tangan sang nenek.
Deri merupakan salah satu anak yang masih tinggal bersama orangtuanya di Dusun Ebunut, Desa Kuta. Desa ini terancam terisolasi karena dilingkari pagar Sirkuit MotoGP Mandalika.
Baca juga: Kisah Sukani Penjual Sayur Keliling yang Terjebak di Dalam Sirkuit MotoGP Mandalika
Usai mengganti seragam sekolah, Deri mengambil gangsing dan berkumpul dengan sejumlah temannya.
Gasing merupakan salah satu permainan tradisional masyarakat Lombok, yang terbuat dari kayu berbentuk seperti kerucut. Gasing diputar menggunakan tali sepanjang sekitar satu meter.
Di halaman rumah, anak-anak telah berkumpul di dekat pohon kersen. Meski pandangan terhalang pagar sirkuit, anak-anak itu tetap menikmati keseruan mengadu gasing.
“Kalau pulang sekolah kita main gasingan sama teman-teman ini, seru,” kata Deri ditemui di rumahnya, Selasa (24/8/2021).
Dalam permainan gasing, memang tidak ada yang mengatur batas jumlah pemain. Namun, para pemain memiliki jatah memukul gasing pemain lain. Setelah itu, akan dilihat gasing yang paling lama berputar.