Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengolah Cacing Merah Jadi Pundi-pundi Rupiah, Kisah Petani Desa Rejosari Riau (2)

Kompas.com - 27/10/2020, 07:45 WIB
Idon Tanjung,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Usaha budidaya cacing merah digeluti Ramin sejak tahun 2019 lalu. Usaha ini ia dapati dari bantuan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field.

Ia waktu itu diberi pelatihan dan pemahaman tentang budidaya cacing merah.

Budidaya cacing merah ini pun memberikan keuntungan ganda, yakni bisa jadi kompos dan bisa dijual untuk menghasilkan uang. 

Ramin bercerita, sebelum adanya kotoran cacing yang dijadikan pupuk di lahan pertanian, kata dia, kelompok taninya hanya menggunakan pupuk kandang yang di fermentasi.

Menurut Ramin, pembuatan fermentasi pupuk kandang prosesya cukup memakan waktu hingga dua bulan.

Pupuk kotoran cacing lebih subur

Namun, dengan reaktor cacing, prosesnya lebih cepat menjadikan pupuk.

Ramin sebagai ketua kelompok tani Berkat Usaha, kini memiliki lahan pertanian seluas dua hektar. Sekitar satu kilometer dari rumahnya.

Tanah itu adalah miliknya. Dulunya, tanah itu berisi tanaman karet sebagai mata pencaharian.

Namun, harga karet yang anjlok di tengah pandemi Covid-19, ia menebang semua pohon karetnya.

Baca juga: Bangkit dari Kelumpuhan, Maridi Mampu Hidupi Keluarga dengan Kerupuk Buatannya

"Kami menggarap lahan pertanian ini sejak bulan Juni 2020 lalu. Di dalamnya ada cabai rawit, tomat, pepaya, ubi kayu, cabai merah, terong, kacang panjang, tanaman naga dan tanaman palawija lainnya. Alhamdulillah, sebagian besar sudah kami rasakan hasilnya," ucap Ramin.

Suami Saliyem (50) ini mengaku dalam seminggu hasil panen cabai merah dan cabai rawit lima sampai sepuluh kilogram.

Hasil pertanian dijual dan juga buat kebutuhan sehari-hari anggota kelompok tani.

"Kalau uang hasil panen cabai ada Rp 400.000 hingga Rp 500.000 perminggu. Ya, namanya usaha kami masih baru sekitar empat bulan. Tapi, setidaknya kebutuhan sayur kami tak beli lagi," ujar Ramin seraya bersyukur.

Baca juga: 400 Petani di Kebumen Beralih Gunakan Mesin Pompa Air Berbahan Bakar Gas Elpiji 3 Kg

Lebih cepat panen

Namun, kata dia, perkembangan tanaman di lahan pertanian itu sangatlah cepat setelah menggunakan pupuk kascing atau kotoran cacing yang diurai cacing merah dari kotoran sapi.

Seperti misalnya cabe, dalam waktu dua bulan sudah bisa panen.

Kompas.com berkesempatan melihat langsung lahan pertanian yang digarap kelompok tani Berkat Usaha.

Lahan ini berada di areal perbukitan. Di sekelilingnya terdapat kebun sawit dan karet sejauh mata memandang.

Di dalam lahan itu, di tengahnya dibuat sebuah pondok dari papan. Di sekelilingnya terdapat puluhan jenis tanaman lunak yang nampak tumbuh dengan subur. Buah cabai dan terong begitu lebat, meski ukuran batangnya baru sekitar 40 sentimeter.

Begitu juga dengan tanaman naga. Kata Ramin, dalam dua bulan sudah berukuran dua meter lebih. Menurutnya, sekitar empat sampai lima bulan lagi akan berbuah.

Lahan ini dijaga siang dan malam. Beberapa anggota kelompok tani tidur di ladang itu.

Baca juga: Kisah Aisyah Racik Minuman Sehat Ramuan Ibu, Mampu Buka Lapangan Kerja Saat Pandemi hingga Bantu Petani Karet

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com