MAKASSAR, KOMPAS.com - Sebagian nelayan meninggalkan Pulau Kodingareng Lompo, Makassar, Sulawesi Selatan, sejak kedatangan aparat Polairud Polda Sulsel, Minggu (13/9/2020).
Dari informasi yang diungkapkan Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP), alasan nelayan meninggalkan pulau tersebut karena merasa terintimidasi dengan hadirnya polisi.
Juru Bicara ASP Muhaimin Arsenio bahkan mengungkapkan, keberadaan polisi memengaruhi kondisi psikologi warga
"Hal ini berdampak pada psikis beberapa orang nelayan sehingga mereka terpaksa meninggalkan pulau lantaran tidak tahan dengan intimidasi dan teror oleh oknum personel Polairud," kata Muhaimin dalam rilis resminya, Selasa (15/9/2020).
Baca juga: Setelah Lepas Nelayan yang Ditangkap, Polisi Masuki Pulau Kodingareng
Keberadaan personel Polairud Polda Sulsel di Pulau Kodingareng sudah berlangsung selama tiga hari.
Muhaimin mengatakan, pada Selasa dini hari, puluhan personel Polairud kembali mendatangi pulau.
Mereka, kata Muhaimin, juga menyisir di tiap-tiap lorong.
"Rombongan ini bukannya datang berdiskusi dengan nelayan, tapi mengincar beberapa nelayan yang menolak tambang pasir laut oleh kapal Queen of Netherlands," ujar Muhaimin.
Pada 13 September, sewaktu kedatangan pertama aparat kepolisian, Muhaimin menyebut polisi tidak memperlihatkan surat izin atau surat tugas penggeledahan kepada pemilik rumah.
Bahkan di salah satu rumah warga yang digeledah, personel Polairud mengambil salah satu celana jeans warna hitam milik salah satu nelayan yang diduga diincar, tanpa meminta izin sebelumnya kepada pemilik rumah.
"Nelayan pun khawatir melaut sejak dua hari ini (13-14 September) karena takut ditangkap paksa. Secara psikologis, nelayan yang diincar mengalami ketakutan," tutur Muhaimin.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.