KOMPAS.com - Sejumlah nelayan dan aktivis lingkungan memprotes kapal keruk pasir laut milik PT Royal Boskalis yang kembali beroperasi di perairan Pulau Kodingareng, Makassar, Sabtu (12/9/2020).
Mereka pun mendatangi kapal tersebut dan meminta untuk menghentikan pengerukan pasir sekitar pukul 06.00 WIB.
Menurut salah satu advokat dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar Edy Kurniawan, saat itu ada 3 kapal jolloro serta 45 kapal lepa-lepa yang digunakan warga untuk mendekati kapal dan untuk meneriakkan protes mereka.
Saat itu, menurut Edy, peserta aksi didominasi nelayan perempuan dan mahasiswa.
"Kegiatan ini menimbulkan reaksi dari masyarakat dan nelayan Pulau Kodingareng," ujar Edy.
Baca juga: Detik-detik Tambang Batu Bara Runtuh di Sawahlunto, 3 Tewas, 1 Luka Berat
Setelah beberapa saat, Kapal Royal Boskalis tersebut putar balik dan menghentikan kegiatannya.
Melihat itu, para peserta aksi pun kembali ke pantai sekitar pukul 09.40 WITA.
Namun, saat perjalanan para nelayan hendak pulang sekitar pukul 09.40 Wita, dua speedboat milik Polairud Polda Sulsel mengejar dan menabrak kapal nelayan.
"Perahu nelayan kemudian ditabrak dan alat kendali perahu dirusak. Perahu terus didorong hingga penumpang dan nelayan yang ada di atas hampir terjatuh ke laut," ujar Edy.
Baca juga: Polisi Tangguhkan Penahanan 2 Nelayan Makassar Setelah Ditahan Beberapa Pekan
Saat itu, para nelayan perempuan hanya bisa menjerit histeris. Penangkapan terhadap sejumlah nelayan pun dilakukan polisi, termasuk para aktivis.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan