PONTIANAK, KOMPAS.com - Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji kesal dengan banyaknya aparatur sipil negara (ASN) di jajarannya yang menunjukkan hasil reaktif berdasarkan hasil rapid test.
Hasil itu, diduga Sutarmidji, akibat ASN di Pemerintahan Provinsi Kalimantan Barat tidak benar-benar bekerja dari rumah.
"Mereka kan padahal kerja di rumah. Berarti bukan kerja mereka itu, tapi keluyuran sana-sini," kata Sutarmidji kepada wartawan, Kamis (14/5/2020).
Baca juga: ASN di Temanggung Wajib Beli Bawang dan Cabai dari Petani Lokal
Karena itu, Sutarmidji telah memutuskan, mulai 29 Mei 2020, eselon IV dan staf yang sebelumnya bekerja di rumah sudah harus masuk ke kantor.
"Dari pada keluyuran, lebih baik masuk saja. Lebih baik isolasi di kantor, daripada di rumah," tegas Sutarmidji.
Diberitakan, Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat Harisson menyebut, sampai dengan Rabu (13/5/2020), ada 21.483 warga diuji rapid test.
Hasilnya, sebanyak 1.188 orang reaktif.
"Mereka yang reaktif ini diambil sampel lendir tenggorokannya untuk diuji laboratorium," kata Harisson kepada wartawan, Kamis (14/5/2020).
Baca juga: Cegah ASN Mudik, Pemkot Jakut Terapkan Presensi dengan Foto Selfie Berstempel Waktu
Harisson menjelaskan, daerah dengan jumlah reaktif terbanyak adalah Kota Pontianak yaitu 420 orang.