Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aroma Belerang di Desa Sebot Makin Menyengat, Pemkab TTS Pantau 24 Jam

Kompas.com - 19/02/2020, 13:16 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Warga Desa Sebot, Kecamatan Molo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, semakin khawatir dengan aroma belerang dan kepulan asap pekat dari api dalam tanah bekas longsoran di wilayah tersebut.

Aroma belerang tersebut semakin menyengat sehingga membuat warga yang melintas di sekitar lokasi harus menutup hidung.

Salah satu warga yang ditemui di area longsorang itu, Joni, khawatir fenomena yang muncul sejak Minggu (9/2/2020), meningkat dan membahayakan kesehatan warga.

Baca juga: Bupati Aceh Barat Duel dengan Penagih Utang, Ini Penjelasan Humas Pemda

Sementara itu, Kepala Desa Sebot Zet Bessie meminta Pemerintah Kabupaten TTS segera menurunkan ahli meneliti fenomena yang baru pertama kali terjadi di wilayahnya ini.

"Apalagi sepanjang hari Selasa ini, bau belerang semakin menyengat dan keluarnya asap dari rongga tanah ini. Kami minta pemerintah bisa segera mendatangkan ahli," kata Zet kepada sejumlah wartawan, Selasa (18/2/2020).

Kepulan asap semakin pekat dan bau belerang menyengat saat hujan turun.

Zet mengimbau warganya agar jangan mendekati lokasi itu. Ia khawatir asap itu berdampak kepada kesehatan warganya.

Telah Kirim Ahli

Secara terpisah, Wakil Bupati TTS Army Konay mengaku telah mengirim tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ke Desa Sebot untuk mengecek lokasi tersebut.

Army menyarankan masyarakat tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa.

"Sejauh ini tidak ada dampak. Belum ada laporan dampak dari gangguan lingkungan terhadap kesehatan manusia dan juga pengaruh terhadap perkembangan aktivitas masyarakat di Desa Sebot," ujar Army.

Baca juga: Bebas, Napi Teroris di Ngawi Dikawal Saat Pulang Kampung ke NTB

Army juga mengimbau masyarakat tak mendekati lokasi tersebut.

"Memang keresahan masyarakat ini ada, sehingga kami sebagai pemerintah perlu hadir juga. Kita tetap melakukan koordinasi dan stand by 1x24 jam untuk mengikuti arus perkembangan dan dampak juga dari pada kondisi fenomena yang terjadi," tutur Army.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com