Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surabaya Bakal Punya Layanan Kedokteran Nuklir, Warga Tak Perlu Terapi ke Luar Kota

Kompas.com - 23/10/2019, 23:34 WIB
Ghinan Salman,
Khairina

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mematangkan desain dan konsep fasilitas kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Dharma Husada (BDH).

Fasilitas kedokteran nuklir itu ditargetkan rampung tahun 2020 mendatang.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya,Febria Rachmanita mengatakan, selama ini pasien-pasien yang membutuhkan penanganan selalu keluar kota, terutama pasien penyakit kanker.

Baca juga: Pujian Pakar Australia bagi Kedokteran Nuklir di Indonesia

Sebab, di Surabaya sendiri hanya ada di RSU Dr Soetomo. Ia menyebut, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta Dinas Kesehatan untuk menyediakan fasilitas kedokteran nuklir ini demi warga Kota Surabaya.

"Itu lah mengapa kita buat kedokteran nuklir ini, supaya warga Surabaya tidak perlu keluar kota untuk mendapatkan pelayanan ini," kata Feni-sapaan Febria Rachmanita, di kantor Humas Pemkot Surabaya, Rabu (23/10/2019).

Menurut Feni, pada tahun 2018, jumlah pederita penyakit kanker payudara mencapai 5.635 jiwa. Kemudian tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 3.896 jiwa.

Di samping itu, penyakit tertinggi setelah kanker adalah hiperteroid dan keganasan liver.

"Penyakit semacam ini dapat diterapi menggunakan kedokteran nuklir, sehingga ini sangat penting untuk warga Kota Surabaya," ujar dia.

 Ia memastikan, pembangunan fasilitas kedokteran nuklir ini sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak.

Bahkan, ia mengklaim, dalam setiap prosesnya selalu didampingi oleh pihak kepolisian, kejaksaan, tim ahli nuklir, akademisi dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

"Jadi, kami tidak sendirian, karena didampingi oleh para ahlinya langsung. Termasuk terkait dengan alur layanan nuklir di RS BDH. Jadi, pelayanan ini sudah pasti aman dan tidak ada dampak untuk masyarakat di sekitar rumah sakit," kata Feni.

 Baca juga: Pilkada Surabaya, Risma Akui Diminta Pendapat Megawati Soal Calon Wali Kota dari PDIP

Sementara itu, ahli kedokteran nuklir RSUD dr Soetomo dr Stepanus Massora SpKN yang nantinya akan menjadi dokter di BDH itu mengatakan bahwa kedokteran nuklir ini tidak hanya untuk mengobati penderita kanker saja.

Ia menyebut, setiap penyakit kanker itu memiliki cara terapi yang berbeda-beda.

"Nah, ada salah satu penyakit kanker itu hanya bagus pengobatannya dengan kedokteran nuklir. Salah satunya adalah kanker payudara," kata Stephanus.

Ia menjelaskan, nantinya teknis pengobatannya juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya. Ada yang diminum, disuntikkan, dan ada pula yang dihirup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com