Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mari Bantu Kakek Buta yang Berjualan Barang Bekas dan Angkut Pasir untuk Hidup

Kompas.com - 04/10/2019, 16:17 WIB
Khairina

Editor

MAGETAN,KOMPAS.com- Pos kamling berukuran 2X3 meter di Desa Jambangan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terlihat sepi. Hanya ada sebuah sepeda tua dan beberapa barang rongsokan yang berceceran di bawah dipan usang yang berlapis plastik bekas baliho kampanye.

Kompas.com yang menyambangi “kediaman” Wardi (76) tak mendapati kakek sebatang kara yang mengalami kebutaan di kedua mata tersebut.

“Kalau tidak ada, biasanya keliling nyari rosok atau nyari pasir di sungai. Coba cari di sungai di utara desa,” ujar Marinem, tetangga di kediaman Mbah Wardi, Senin (19/8/2019).

UPDATE: Kompas.com membuka donasi untuk Mbah Wardi. Mari sisihkan sebagian rezeki kita melalui donasi di Kitabisa.com, klik di sini untuk donasi. 

Di sebuah hamparan persawahan di utara desa terlihat Wardi menenteng sebuah tape recorder tua dengan dibonceng sepeda motor warga desa.

“Saya sudah hampir 20 tahun tinggal di pos ronda ini. Sebelumnya tinggal di samping pagar warga,” katanya.

Mbah Wardi memilih hidup menggelandang dari pos ronda ke pos ronda lain setelah istrinya meninggal saat dia berusia 35 tahun.

Dulu, Mbah Wardi memiliki gubuk di lahan pinjaman di Dukuh Jambangan Kulon. Namun, karena gubuk roboh, dia akhirnya menggelandang tak tentu arah.

“Rumah warisan orangtua yang ninggali kakak saya. Daripada merepotkan orang lain, saya tinggal di pos ronda saja,” katanya.

Dari perkawinannya, Wardi mempunyai 3 anak, satu di antaranya meninggal dunia. Karena kemiskinan, kedua anak Wardi dipelihara oleh adiknya di luar kota. Saat ini, kedua anaknya tak ada di Ngawi, sementara anak keduanya tinggal di Kota Jambi.

“Saya tidak mau merepotkan anak karena saya dulu tidak bisa membahagiakan mereka karena tidak punya apa-apa. Saya kerja keras tapi tidak cukup untuk memberi penghidupan yang layak kepada mereka,” katanya.

Buta karena kerja terlalu keras Wardi mengalami kebutaan ketika berumur 35 tahun.

Dari diagnosis dokter mata di Kota Madiun, kebutaan yang dialami karena saraf mata Wardi mengalami kerusakan yang diakibatkan kerja yang terlalu keras.

Karena lahir dari keluarga yang tidak mampu, Wardi harus bekerja keras sebagai buruh tani dan buruh penggali pasir. Beban kerja semakin berat karena harus menghidupi keluarga.

“Berobatnya di Madiun sampai di Yogyakarta. Dokter bilang saraf matanya rusak karena terlalu banyak kerja,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com