Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebanyak 199 Desa di Jatim Berstatus Desa Tanpa Air

Kompas.com - 03/07/2019, 13:48 WIB
Achmad Faizal,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


SURABAYA, KOMPAS.com - Berdasarkan hasil pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, sebanyak 199 desa di Jawa Timur termasuk kategori desa tanpa air di sepanjang musim kemarau tahun ini. Desa-desa tersebut terdapat di pulau Madura, di pesisir pantai utara dan selatan Jawa Timur.

Selain itu, terdapat 367 desa yang berstatus desa berpotensi air di Jawa Timur.

Secara umum, Kepala BPBD Provinsi Jawa Timur Suban Wahyudiono mengatakan, potensi kekeringan ada di 566 desa yang tersebar di 180 kecamatan dan 24 kabupaten di Jawa Timur.

"Hasil pemetaan kami bersama kabupaten dan kota memang ada 566 desa yang berpotensi kekeringan," kata Suban, Rabu (3/7/2019).

Baca juga: Kemarau, Warga di Cianjur Terpaksa MCK di Sungai

Di lokasi yang terdampak kekeringan, BPBD menyiapkan pasokan air bersih sebanyak 6.000 liter setiap harinya. Sementara, yang masih berpotensi memiliki air, diupayakan untuk dibantu mengeluarkan air dari sumur bor.

Suban mengatakan, BPBD sudah berkoodinasi dengan instansi terkait untuk penanganan kekeringan yang lebih komprehensif. Selain air bersih, BPBD juga telah mendistribusikan 820 unit tandon, 1.000 lembar terpal dan 3.000 unit jeriken melalui BPBD kabupaten.

Baca juga: Indramayu Terancam Kekeringan Ekstrem, 60 Hari Tak Turun Hujan

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau di Indonesia akan terjadi pada Agustus 2019.

Pada periode Juli-September, sebagian besar wilayah memiliki curah hujan rendah dengan sifat hujan di bawah normal. Di Jawa Timur, sejak awal Juni mengalami 60 hari tanpa hujan.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan, sebelumnya mengatakan, musim kemarau tahun 2019 akan terasa lebih kering dibandingkan 2018. Hal itu disebabkan munculnya el nino.

Adapun, untuk durasi kemarau tahun ini waktunya diperkirakan bervariasi.

"Bervariasi, ada wilayah yang sudah kemarau mulai April, ada yang baru mulai Mei, Juni pun ada. Nanti Juli hampir semua daerah sudah mulai masuk dan puncak kemarau pada Agustus," kata Dodo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com