Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Syawalan di Kendal, Ribuan Orang Berdoa di Makam Kiai Guru

Kompas.com - 11/06/2019, 08:14 WIB
Slamet Priyatin,
Rachmawati

Tim Redaksi

KENDAL,KOMPAS.com -Tradisi Syawalan di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, dibuka oleh Bupati Kendal, Mirna Anissa, Senin (10/06) sore. Pembukaan dilakukan di makam salah satu penyebar agama Islam di Kendal, Kiai Asyari atau Kiai Guru.

Mirna mengatakan, tradisi Syawalan digelar setahun sekali, tepatnya seminggu setelah lebaran. Masyarakat yang merayakan Syawalan jumlanya mencapai ribuan orang. Mereka yang datang tidak hanya dari Kabupaten Kendal, tetapi juga dari daerah lain.

Baca juga: Tradisi Ngejot di Bali, Kirim Makanan ke Tetangga Saat Idul Fitri

Tujuan merayakan Syawalan adalah mendoakan para ulama yang dulu telah menyebarkan agama Islam di wilayah Kendal.

“Di komplek makam Jabal Kaliwungu ini, banyak makam wali. Mereka datang untuk mendoakan para wali tersebut,” ujarnya.

Menurutnya, komplek makam Jabal Kaliwungu menjadi tempat wisata religi di wilayah Kendal. Untuk itu, Pemkab Kendal akan terus membenahi komplek makam tersebut sehingga pengunjung yang datang bisa lebih nyaman.

Salah satu panitia tradisi Syawalan, Asro’i Tohir mengatakan, Kiai Asyari yang dikenal dengan Kiai Guru adalah salah satu penyebar agama Islam di Kaliwungu Kendal. Tradisi Syawalan tersebut sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

“Hingga kini masih dilestarikan,” ujarnya.

Baca juga: Ziarah Rumah Gadang, Tradisi Idul Fitri yang Masih Bertahan di Dharmasraya

Sementara itu, penulis buku Babad Tanah Kendal, Hamam Rohani mengatakan bahwa Syawalan di Kaliwungu sebenarnya untuk memperingati wafatnya KH Asyari. KH Asyari adalah salah satu ulama besar yang ikut menyebarkan agama Islam di Kaliwungu dan sekitarnya.

"KH Asyari juga dikenal dengan nama Kiai Guru. Ia juga salah satu pendiri Masjid Agung Kaliwungu," kata Hamam.

Hamam menjelaskan, tradisi Syawalan dimulai oleh keluarga KH Asyari yang melakukan haul di makam Jabal yang ada di Kaliwungu Atas.

"Kemudian tidak hanya keluarga KH Asyari, keluarga santri KH Asyari pun ikut haul sehingga semakin banyak dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berjualan. Hingga menjadi seperti sekarang ini," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com