Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Taman Baca Ini, Sisri Keluar dari Depresi, Martini Tak Lagi Ngawur Berhitung (2)

Kompas.com - 27/09/2018, 15:49 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Namun, Yusqon ‎yang telah bertekad mengentaskan buta aksara pantang menyerah. Dia terus mencetuskan terobosan untuk menyedot pengunjung TBM Sakila Kerti.

Pendekatan demi pendekatan guna menarik simpati warga terminal pun bertahap digencarkan. Saat itu, Yusqon hanya dibantu beberapa relawan termasuk istrinya, Sismiyati (50).

"Sering saya adakan pergelaran seni budaya dan pengajian di terminal Kota Tegal yang isinya menyinggung pentingnya pendidikan. Alhamdulilah, perlahan TBM Sakila Kerti mulai ada pengunjung hingga puluhan per harinya. Kini tercatat yang mendaftarkan diri menjadi pembaca di TBM Sakila Kerti sekitar 100 orang. Saya merintis sendiri dengan istri selama dua tahun. Setelah itu baru ada relawan. Kini total relawan yang aktif, 15 orang," kata Doktor jebolan Unnes ini.

Sepak terjang bapak tiga anak ini dalam mengayuh TBM Sakila Kerti ternyata sampai juga ke telinga pemerintah. Apresiasi dari berbagai pihak pun turut serta mengiringi laju TBM Sakila Kerti.

Tak hanya sekadar menjadi ruang baca, dalam perkembangannya TBM Sakila Kerti juga mulai bertransformasi menjadi sekolah baru bagi penduduk terminal yang mayoritas berusia di atas remaja. Langkah ini merupakan inovasi Yusqon yang dinamainya "Ladis Song Malam".

Ladis Song Malam sendiri kepanjangan dari Layanan dengan Inovasi Simultan untuk Pengasong Masyarakat Lansia Terminal. Target utama dari penerima manfaat kegiatan "Ladis Song Malam" adalah masyarakat miskin dan masyarakat yang termarjinalkan.

Selain itu, ada pula "Gerobak Literasi" yang bisa dipergunakan siapa pun untuk membaca buku gratis sambil menikmati minuman dan makanan yang dibeli di Gerobak Literasi.

Para penghuni terminal juga diberi pengajaran tentang kesadaran akan hukum serta menghidupkan bakat-bakat terpendam para penghuni terminal dengan memajang karya puisi para pengasong, pengamen, dan pengemis.

"Alhamdulilah dengan bekal pendidikan, para penghuni terminal yang selama ini kurang diperhatikan menjadi lebih santun dan sadar akan hukum. Pola pikirnya berkembang. Dahulu sering ada perkelahian, mabuk-mabukan dan pemalakan di terminal, kini kekerasan itu  telah hilang. Imej terminal yang seram sudah tak ada lagi. Kegiatan mereka lebih positif," katanya.

BERSAMBUNG:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com