Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Taman Baca Ini, Sisri Keluar dari Depresi, Martini Tak Lagi Ngawur Berhitung (2)

Kompas.com - 27/09/2018, 15:49 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Tak lagi ngawur berhitung

Martini (53), pedagang nasi di terminal Kota Tegal, mengakui bahwa pola pikir warga terminal kian meningkat setelah mengikuti kegiatan pembelajaran di TBM Sakila Kerti.

Warga Kota Tegal ini mengisahkan, dulunya rata-rata pedagang di terminal Kota Tegal termasuk dirinya "main tubruk" saja saat menentukan harga yang dibeli konsumen. Hal itu lantaran mereka tak berijazah sehingga kesulitan dalam berhitung.

"Banyak warga yang mengeluh karena kami seenaknya menghitung alias ngawur. Suatu ketika, TBM Sakila Kerti menggelar acara pengajian dan memesan nasi di salah satu kios pedagang di terminal. Selesai acara, total pembayaran mencapai Rp 800.000. Pihak TBM Sakila Kerti terkejut dan membantu penghitungan kembali. Eee ternyata habisnya cuma Rp 300.000. Saya sendiri sadar, saya juga seperti itu karena tak bisa berhitung," tutur Martini.

Seiring berjalannya waktu, warga terminal yang buta aksara dirangkul oleh para relawan TBM Sakila Kerti. Mereka dibekali membaca, menulis, berhitung dan mengaji. Tak hanya itu, warga terminal juga diharapkan lulus kejar paket C di TBM Sakila Kerti.

Kini para pedagang kios makanan di terminal Kota Tegal mulai merasakan manfaatnya. Pembeli mulai berdatangan karena harga makanan sesuai dengan hitungan normal.

Sebelumnya, tak banyak pembeli yang datang berkunjung ke kios makanan di terminal Kota Tegal karena takut disodori harga yang tinggi. Pembeli kapok karena pernah "ditembak" dengan harga yang "ngawur".

"Kebiasaan berhitung ngawur itu kini sudah tidak ada lagi. Kami telah paham berhitung dan sadar akan hukum. Kami sangat berterimakasih kepada TBM Sakila Kerti. Kini kios kami tak lagi sepi," kata Martini.

Wajah baru Terminal Tegal

Pendiri dan Pengelola TBM Sakila Kerti, Yusqon, bercerita, setelah dipercaya oleh Wali Kota Tegal saat itu, Ikmal Jaya‎, untuk mengelola ruangan di dalam terminal Kota Tegal pada Desember 2011, dia mendirikan TBM Sakila Kerti.

Sakila Kerti bermakna "kecerdasan rasa". Kebetulan juga saat itu Pemkot Tegal memang sedang mencanangkan program "Tegal Cerdas".

Kala itu, TBM Sakila Kerti yang memiliki koleksi 400 buku diharapkan menjadi sarana baca gratis bagi pedagang, pengamen,‎ penge‎mis, sopir, kernek, penumpang dan warga terminal lainnya.

Namun, meski bertujuan mulia, mewujudkan niat mereka ternyata bukan perkara gampang. TBM Sakila Kerti terlihat asing bagi para penghuni terminal yang tidak mengamini keberadaannya saat itu. Di awal perjalanan, Yusqon mengaku kerap dicibir, diancam, hingga dipalak.

"Awal saya datang di terminal ini berangkat dari nol. Saya tidak kenal siapa pun. Stiker dan spanduk tentang TBM Sakila Kerti yang saya pasang di sudut-sudut terminal‎ berkali-kali dirobek. Saya juga dimaki, dipalak dan bahkan ban motor saya sering dikempesin hingga pentilnya dibuang. Jarak dari rumah ke terminal sekitar 7 kilometer. Saya jalani itu dengan ikhlas, sebab saya yakin pendidikan akan merubah segalanya menjadi lebih baik," ungkap pria kelahiran 9 April 1965 ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com