Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajar Kulon Progo Wajib Kumpulkan "Kresek" Bekas, Ini Alasannya

Kompas.com - 06/09/2018, 07:49 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terus mendorong upaya mengurangi sampah di tengah masyarakat.

Salah satunya dengan memobilisir para pelajar tingkat sekolah dasar, tingkat pertama, menengah atas, maupun madrasah, untuk membawa kantong plastik (kresek) bekas dan mengumpulkannya.

"Kami mengumpulan kresek ini lewat siswa SD hingga SMK dan Madrasah. Semua siswa terlibat," kata Arif Prastowo, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo, di peresmian Bank Sampah Induk Dhuawar Sejahtera (DS) di Dusun Kroco, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Rabu (5/9/2018).

Baca juga: Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua di Dunia

Kebijakan ini sebagai upaya mengurangi limbah plastik yang ada. Kresek lantas disetor ke bank sampah-bank sampah pada masing-masing kecamatan, dipilah, kemudian dikirim ke bank sampah induk di Dusun Kroco ini. Sisanya dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Sebanyak 94 unit bank sampah berdiri di Kulon Progo, namun hanya 37 bank saja yang aktif. Proses daur ulang di unit bank sampah terbilang minim. Akibatnya volume residu sampah yang masuk ke TPA masih tetap besar.

Karenanya, diperlukan bank sampah induk dengan skala tampung lebih besar yang disertai kemampuan daur ulang pada sampah yang terkumpul. Seperti halnya bank sampah DS yang menampung kresek dari seluruh bank sampah ini. Di sana, DS menghancurkan kresek dengan cara dicacah. Plastik itu pun kini punya nilai jual.

Baca juga: Berkarung-karung Sampah Plastik Diangkat dari Kedalaman Teluk Gorontalo

Pengumpulan kresek dengan menggerakkan pelajar rupanya efektif. Arif mencatat, kini terkumpul 1,2 ton limbah plastik, sebagian besar telah masuk ke DS, dan kini siap dicacah. "Kemudian dicacah oleh alat pencacah yang merupakan bantuan kementerian PUPR," kata Arif.

Wakil Bupati Sutedjo mengatakan, pemerintah mendorong terwujudnya bebas sampah pada tahun 2025 di Kulon Progo. Langkahnya dengan mengelola sampah secara berkelanjutan, yakni sampah masih bisa dimanfaatkan.

Berdirinya bank sampah induk merupakan bagian kebijakan ini. "Agar pengelolaan sampah, bisa segera dimanfaatkan sesegara mungkin sebelum berakhir ke pembuangan akhir," kata Sutejo.

Campuran aspal

Pemkab Kulon Progo berencana menyediakan plastik cacah bagi banyak hal, termasuk bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas aspal. Langkah dilakukan di bank sampah induk DS.

Baca juga: Sampah Plastik di Indonesia Jadi Perhatian Presiden Bank Dunia

"Dicacah hingga 0,4 milimeter. Sangat kecil sekali. Kemudian digoreng di aspal panas 180 derajat selama 10 detik untuk menciptakan aspal dengan kualitas lebih baik," kata Sutedjo.

Kebetulan, PU berniat memperbaiki 5 kilometer jalan raya antara Kecamatan Nanggulan dan Sentolo. PU bisa memanfaatkan plastik bagi campuran aspal nanti.

Untuk itu, Pemkab bekerja sama dengan Balai Litbang Penerapan Teknologi Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyediakan campuran aspal ini.

Kepala Balai Litbang Penerapan Teknologi Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Raden Satrio Sang Raksono mengatakan, plastik mampu membuat kualitas aspal lebih baik dengan campuran setidaknya 6 persen plastik pada total aspal.

Baca juga: Minggu Depan, Bekasi Punya 3 Kilometer Jalan Aspal Plastik

"Kalau 1 ton aspal, idealnya 6 persennya sekitar 3,5 kilogram. Aspal akan lebih kuat dan keras," kata Satrio.

Kresek dipilih lantaran sampah ini salah satu yang paling tidak lagi dimanfaatkan, menjadikan laut Indonesia jadi negara nomor 2 paling polutan setelah China, serta paling tidak bernilai. Sementara banyak plastik jenis lain telah dimanfaatkan dan menghasilkan uang.

Arif Prastowo mengungkapkan, jumlah plastik kresek bekas yang terkumpul terus bertambah. "Masih ada 1 kali pengambilan di akhir bulan September. Kontribusi Kulon Progo harapannya bisa 2.500 sampai 3.000 kilogram," kata Arif.

Kompas TV Tumpukan sampah beraroma menyengat didominasi sampah rumah tangga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com