Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Jalan Kaki Masyarakat Bonokeling di Banyumas dalam Menyambut Ramadhan

Kompas.com - 18/05/2018, 12:43 WIB
Iqbal Fahmi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Peluh mengucur deras dari dahi Slamet (45) ketika sengat mentari tepat berada di atas kepala, Kamis (10/5/2018).

Tanpa alas kaki, Slamet dan sebaris jamaah masyarakat adat Bonokeling berbondong-bondong menuju makam leluhur di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, untuk memulai ritual sambut bulan suci Ramadhan.

Kasepuhan (pemuka adat) trah Bonokeling, Sumitro mengatakan, seminggu sebelum memasuki bulan puasa, trah Bonokeling atau yang biasa disebut anak-putu menjalani laku lampah. Laku lampah mewajibkan setiap anak-putu trah Bonokeling dari berbagai wilayah untuk berjalan kaki ke Desa Pekuncen.

Anak-putu trah Bonokeling tersebar dari Adipala, Daun Lumbung yang masuk wilayah Cilacap hingga warga Kedungwringin dari Banyumas. Mereka berjalan berombongan menuju Desa Pekuncen tempat makam leluhur, yakni Ki Bonokeling, terbaring.

“Anak putu akan istirahat semalam di Pekuncen. Acara puncak adat, Unggahan atau Nyadran, yakni berziarah ke makam Ki Bonokeling pada Jumat (11/5/2018),” kata Sumitro.

Baca juga: Mabbaca-baca, Tradisi Unik Sambut Ramadhan Masyarakat Polewali Mandar

Setelah menjalani ritual puncak Unaggahan, tepat pada senin (14/5/2018), dilangsungkan Rikat akhir, yakni membersihkan lokasi makam Ki Bonokeling.

Di sanalah ritual berakhir dan mereka pulang ke rumah masing-masing untuk menanti datangnya bulan suci Ramadhan.

Trah Bonokeling, kata Sumitro, merupakan masyarakat adat Islam kejawen. Mereka hanya mengenal hisab berdasarkan almanak Jawa Alif Rebo Wage (Aboge) sebagai penentu hari besar keagamaan.

“Hitungannya pasti. Awal puasa jatuh pada Kamis (17/5/2018), pasarannya pahing, itu terhitung 1 Aboge. Tahunnya Dal,” ujarnya.

Tak hanya untuk hari besar keagamaan, almanak Jawa Aboge juga menjadi panduan bagi Trah Bonokeling dalam aktivitas sehari-hari. Ambil contoh untuk menentukan hari baik hajatan mulai dari pernikahan sampai acara adat.

Baca juga: Sambut Ramadhan, Warga Gorontalo Bersihkan Diri dengan Ramuan Tradisional

Saat ini, di Pekuncen sendiri, Trah Bonokeling kurang lebih ada sebanyak 2.000 orang. Sedang di Adiraja, Kecamatan Adipala, ada 13 bedogol (pemuka adat), yang masing-masing membawahi Trah Bonokeling. Kurang lebih 3.000 trah Bonokeling mengikuti acara adat Unggahan di Desa Pakuncen.

Kompas TV Tradisi ini dilakukan warga Kampung Bustaman, Semarang, Jawa Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com