Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mabbaca-baca, Tradisi Unik Sambut Ramadhan Masyarakat Polewali Mandar

Kompas.com - 17/05/2018, 12:29 WIB
Junaedi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Masyarakat Polewali Mandar di Sulawesi Barat memiliki tradisi unik mengawali puasa, yakni ritual mabbacabaca. 

Ritual tradisi ini yakni menghadirkan sajian nasi ketan, kari ayam, telur dan dan aneka buah segar, dan membakar pallang atau lilin tradisonal yang terbuat dari kapas dan biji kemiri.

Pallang dinyalakan dari empat penjuru mata angin dan dipasang di halaman rumah hingga dipasang bersusun di atas tangga.

Tradisi ini sebagai ungkapan doa agar pemilik rumah diberi petunjuk dan kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa yang penuh dengan ujian kesabaran dan kejujuran. Tradisi ini sudah turun temurun dilakukan warga menjelang malam pertama Ramadhan.

Baca juga: Demi Rayakan Hari Meugang Sambut Ramadhan, Daging Mahal Tetap Dibeli

Warga dusun Macera, Desa Mammi, Kecamatan Binuang masih menjalankan tradisi ini. Sejak Rabu sore (16/5/201) menjelang malam warga mulai sibuk di dapur untuk mempersiapkan berbagai makanan untuk disajikan seperti opor ayam, pisang, nasi beras ketan, telur.

Sebelum makanan dan buah manis disantap bersama keluarga, sajian ini terlebih dahulu didoakan oleh khatib atau imam masjid setempat.

“Mabbaca-baca ini merupakan ungkapan doa agar seisi rumah bisa sehat, kuat dan mendapat berkah selama menjalankan ibadah puasa,” jelas Wiwi, ibu rumah tangga dusun Macera kepada Kompas.com

Wiwi mengaku sejak siang sudah sibuk mempersiapkan berbagai keperluan ritual menyambut Ramadhan.

Bakar Pallang

Selain menggelar ritual mabbaca-baca, Wiwi dan warga lain juga menyalakan pallang. Selain halaman rumah dan tangga, lilin ini juga dinyalakan di tempat penyimpanan beras atau pusat kegiatan keluarga dalam satu rumah.

Baca juga: Makan Telur Ikan Mimi, Tradisi Warga Kendal Sambut Ramadhan

Lilin yang dibakar angkanya wajib berjumlah ganjil, misalnya 7, 9, 11, dan seterusnya. Selama dibakar, lilin tidak boleh padam. Warga harus tetap menjaganya hingga betul-betul padam.

Anto, salah satu warga desa Mambuliling di Polewali Mandar menyebutkan, makna dari tradisi bakar pallang ini adalah agar pemilik rumah diberi petunjuk dan terhindar dari segala gangguan atau godaan setan selama melaksanakan ibadah puasa hingga Idul Fitri.

"Tradisi ini dilakukan sebelum melaksanakan ibadah shalat Tarawih," kata dia.

Kompas TV Tradisi ini dilakukan warga Kampung Bustaman, Semarang, Jawa Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com