Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Tuntut Penambangan Gunung Sirnalanggeng Ditutup karena Khawatir Resapan Air Hilang

Kompas.com - 09/05/2018, 14:31 WIB
Farida Farhan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Ratusan orang yang tergabung dalam Masyarakat Karawang Bersatu (MKB) menggelar aksi unjuk rasa.

Mereka meminta pemerintah menutup tambang milik PT AU di Gunung Sirnalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, Karawang, karena setengah dari gunung tersebut hilang ditambang.

Koordinator Aksi Agus Sulaiman menjelaskan, Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT Atlasindo Utama di Gunung Sirnalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, merupakan daerah resapan  dan pemasok air untuk Sungai Cicaban dan Sungai Cipagadungan.

Agus mengatakan, pertambangan batu andesit yang dilakukan PT AU sejak awal tidak direstui masyarakat karena khawatir menyebabkan kerusakan lingkungan.  Hal ini terbukti masyarakat sekitar mengalami kesulitan air.

"Jika pun ada, kotor dan tidak layak konsumsi," katanya.

Ia mengatakan, Gunung Sirnalanggeng dengan ketinggian 334 meter di Desa Cintalanggeng telah ditambang 39 persen dari luas keseluruhan, dengan tinggi 150 meter dari tanah. Bahkan, jika dilihat dari udara, setengah gunung tersebut sudah hilang.

Agus mengungkapkan, KPK pernah mendeteksi izin tambang di Jawa Barat. Dari 822 IUP di 20 kabupaten/kota, hanya 159 IUP yang dinyatakan clean and clear. Namun sisanya 663 IUP dinyatakan cacat.

"Kabupaten Karawang memiliki 3 IUP dengan rincian dua IUP Eksplorasi dan 1 IUP Produksi dan semuanya tidak memiliki jaminan reklamasi dan jaminan pasca-tambang, serta tidak ada laporan produksi. Salah satunya adalah Surat Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Propinsi Jawa Barat N0.540/Kep.06/10.1.06.2/DPMPTSP/2017 tentang Persetujuan Perpanjangan Kesatu Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi atas nama PT Atlasindo Utama," katanya. 

Baca juga : Longsor di Penambangan Wonosobo, 2 Orang Tertimbun

Tim peneliti Forum Komunikasi Daerah Aliran (Forkadasc+) Arif Munawir mengatakan, lokasi pertambangan dari PT Atlasindo Utama merupakan sebuah kawasan resapan air yang berbentuk leher lava atau volcanic neck.

“Gunung Sirnalanggeng batuan penyusunnya itu andesit horenblenda dengan bentukan columnar joint," jelasnya.

Lembahan gunung tersebut, Arip menambahkan, adalah kipas runtuhan yang memiliki porositas baik untuk meluluskan air ke dalam tanah.

“Jika kipas runtuhan di sekitar gunung dikeraskan oleh kegiatan pertambangan, maka nilai porositasnya menjadi buruk dan artinya air akan lari ke sungai," tambahnya.

Arip menambahkan, selain kipas runtuhan, air hujan juga bisa melewati celah antara kolom batuan. Batuan gunung tersebut berbentuk columnar joint, artinya batuan penyusunnya berbentuk tiang-tiang persegi yang memiliki celah.

"Fungsinya untuk meluluskan air ke dalam tanah atau mengeluarkannya menjadi mata air," katanya. 

Sehingga, kata dia, jika Gunung Sirnalanggeng ditambang dan jalur-jalur airnya terpotong oleh pertambangan, tidak akan ada air yang tersimpan di dalam permukaan tanah. Sehingga, menurutnya, wajar jika pada 2015 dan 2017 lalu, masyarakat sekitar kesulitan air bersih hingga beberapa bulan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com