Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Aksi Corat-coret Saat Kelulusan, Pelajar SMK Diwajibkan Pakai Kebaya

Kompas.com - 03/05/2018, 18:42 WIB
Dani Julius Zebua,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Pelajar SMK Negeri 1 Pengasih di Kulon Progo, Yogyakarta, berdandan cantik dengan memulas wajah pakai kosmetik, mengenakan busana jawa, yakni kebaya dan jarit. Beberapa di antaranya tampak memakai sanggul kecil.

Mereka semua tampil anggun demi mengikuti acara pengumuman kelulusan sekaligus wisuda atau melepas pelajar kembali ke masyarakat.

Sebanyak 317 siswa yang hampir seluruhnya adalah perempuan itu mengikuti prosesi kelulusan dan wisuda.

"Kami mengembalikan mereka ke orangtua setelah menempuh pendidikan di sekolah kami," kata Wagiman, guru bimbingan konseling SMKN 1, Kamis (3/5/2018).

Kelulusan sekaligus wisuda sengaja dikemas dalam konsep Jawa. Wagiman menceritakan, semua bermula 3 tahun lalu. Sejak masuknya guru kesenian dan tari, sekolah mencoba model meluluskan siswa dengan sentuhan budaya ini.

Model ini sekaligus sebagai cara untuk membangkitkan suasana yang lebih segar dan meminimalisasi aksi hura-hura. Kenyataannya, cara ini malah lebih dari yang diharapkan. Kelulusan jadi lebih kusyuk dan sakral.

Baca juga : Bagi-bagi Nasi Bungkus, Cara Pelajar Kulon Progo Rayakan Kelulusan

Sebelum ide ini muncul, cerita Wagiman, orangtua biasanya dikumpulkan di sekolah, kemudian kepala sekolah menyerahkan siswa kembali ke orangtua dalam sebuah seremoni.

Orangtua dan wali murid lantas masuk ke ruang kelas masing-masing siswa dan menerima amplop berisi pengumuman lulus atau tidaknya siswa.

"Dari situ, kita sering kecolongan. Sebenarnya kami sudah selalu menyampaikan agar tidak perlu bergabung pada hal yang sifatnya hura-hura, seperti rambut dicat, baju dicat, dicoret-coret, lantas konvoi. Memang itu semua ekspresi gembira, tapi sisi lain keamanan dan sopan santun pada anak sering tidak terkendali," kata Wagiman.

Sentuhan budaya

Itulah mengapa sekolah mengemas pengumuman kelulusan dan wisuda dengan cara lain, yakni sentuhan budaya. Lagipula, sekolah juga mesti mewujudkan imbauan yang disampaikan tertulis oleh Dinas Pendidikan agar sekolah-sekolah menyelenggarakan kelulusan dan wisuda sesuai situasi dan kondisi masing-masing. 

"Semuanya (dari ide acara sampai pelaksanaan) yang mengerjakan para pengurus OSIS. Sedangka guru mengarahkan. Ada juga beberapa sponsor," kata Wagiman.

Kamis pagi hingga siang, lapangan tengah di SMKN 1 Pengasih penuh sesak. Orangtua dan wali murid menyaksikan upacara kelulusan dan wisuda para siswa.

Baca juga : Asyik Pesta Miras Rayakan Kelulusan, Dua Pelajar SMA Diamankan Polisi

SMKN 1 Pengasih merupakan sekolah dengan program kejuruan akutansi, administrasi perkantoran, pemasaran, perhotelan, multimedia, dan tata busana. Mayoritas siswanya adalah perempuan. Itulah mengapa semuanya mengenakan kebaya.

Kirab pelajar

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com