MALANG, KOMPAS.com - Imah Suswanti baru saja tiba di rumahnya usai berbelanja di pasar, Jumat (20/4/2018) sekitar pukul 5.30 WIB. Di usianya yang sudah 44 tahun, semangatnya sebagai seorang wanita masih menyala.
Layaknya seorang wanita, Imah lantas membersihkan rumahnya yang ada di Desa Watugede nomor 85 RT 2 RW 2 Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Kemudian, Imah memasak untuk sarapan keluarganya. Setelah semuanya selesai, Imah lantas memandikan cucu pertamanya, Gavin Raffasya Saputra yang masih berusia 4 bulan.
Senyumnya mengembang tatkala sang cucu mengepak-ngepakkan kedua tangannya di bak air. Imah semakin bersemangat, seakan tidak ingin melewatkan moment bahagia itu.
(Baca juga : Untuk Kita, Perempuan Milenial yang Masih Bingung Mau Belajar Apa dari Kartini )
Imah merupakan sopir truk trailer. Kesehariannya banyak dihabiskan di jalan. Tak heran jika wanita kelahiran 17 April 1974 itu begitu menikmati saat-saat bersama keluarga.
Pekerjaan yang tidak biasa bagi seorang wanita itu berawal dari kesukaan Imah berkendara. Di usianya yang masih belia, Imah sudah terbiasa mengendarai mobil bak terbuka atau pikap tatkala mengantar keluarga ke pasar.
"Awalnya disuruh bapak. Lama-lama kok tertarik. Dulu masih sopir kendaraan kecil milik pribadi, milik ayah. Memuat sayur ke pasar," tuturnya.
Berkenalan dengan Truk
Lalu menginjak usia 20 tahun, Imah mulai berkenalan dengan truk trailer melalui pamannya. Imah pun belajar mengemudikannya dan merasa nyaman dengan kendaraan besar angkutan barang itu.
Imah lalu mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM) supaya bisa mengendarai kendaraan besar tersebut. Setelah fasih, pada 1995, Imah melamar ke sebuah perusahaan yang ada di Kabupaten Pasuruan untuk menjadi sopir truk trailer.
Sempat diragukan karena Imah seorang wanita. Namun dengan SIM B2 Umum yang dimilikinya, Imah membuktikan bahwa wanita bisa mengendarai truk trailer layaknya seorang laki-laki.
"Kalau mau masuk pabrik, kadang ada yang tidak yakin. Pernah debat saya. Saya bilang, kalau saya tidak boleh, ini SIM saya. Ayo lihat cara saya bawa kendaraan," tuturnya.
(Baca juga : Saat Sejumlah Model Menyemarakkan Hari Kartini di Stasiun dan KRL... )
Kini, Imah bekerja untuk perusahaan di Surabaya. Tugasnya antar jemput barang dari Pelabuhan Perak Surabaya menggunakan truk trailer dengan 18 ban.
Tak jarang, Imah harus berkendara ke luar kota bahkan luar provinsi untuk mengantarkan barang yang menjadi tanggungjawabnya.
Imah pun jarang pulang ke rumah. Jika barang yang diantarnya jauh, terkadang Imah baru pulang ke rumah seminggu kemudian.