Salin Artikel

Kisah Imah, Wanita yang Jadi Sopir Truk Trailer Sejak Usia Muda

Layaknya seorang wanita, Imah lantas membersihkan rumahnya yang ada di Desa Watugede nomor 85 RT 2 RW 2 Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Kemudian, Imah memasak untuk sarapan keluarganya. Setelah semuanya selesai, Imah lantas memandikan cucu pertamanya, Gavin Raffasya Saputra yang masih berusia 4 bulan.

Senyumnya mengembang tatkala sang cucu mengepak-ngepakkan kedua tangannya di bak air. Imah semakin bersemangat, seakan tidak ingin melewatkan moment bahagia itu.

Imah merupakan sopir truk trailer. Kesehariannya banyak dihabiskan di jalan. Tak heran jika wanita kelahiran 17 April 1974 itu begitu menikmati saat-saat bersama keluarga.

Pekerjaan yang tidak biasa bagi seorang wanita itu berawal dari kesukaan Imah berkendara. Di usianya yang masih belia, Imah sudah terbiasa mengendarai mobil bak terbuka atau pikap tatkala mengantar keluarga ke pasar.

"Awalnya disuruh bapak. Lama-lama kok tertarik. Dulu masih sopir kendaraan kecil milik pribadi, milik ayah. Memuat sayur ke pasar," tuturnya.

Berkenalan dengan Truk

Lalu menginjak usia 20 tahun, Imah mulai berkenalan dengan truk trailer melalui pamannya. Imah pun belajar mengemudikannya dan merasa nyaman dengan kendaraan besar angkutan barang itu.

Imah lalu mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM) supaya bisa mengendarai kendaraan besar tersebut. Setelah fasih, pada 1995, Imah melamar ke sebuah perusahaan yang ada di Kabupaten Pasuruan untuk menjadi sopir truk trailer.

Sempat diragukan karena Imah seorang wanita. Namun dengan SIM B2 Umum yang dimilikinya, Imah membuktikan bahwa wanita bisa mengendarai truk trailer layaknya seorang laki-laki.

"Kalau mau masuk pabrik, kadang ada yang tidak yakin. Pernah debat saya. Saya bilang, kalau saya tidak boleh, ini SIM saya. Ayo lihat cara saya bawa kendaraan," tuturnya.

Kini, Imah bekerja untuk perusahaan di Surabaya. Tugasnya antar jemput barang dari Pelabuhan Perak Surabaya menggunakan truk trailer dengan 18 ban.

Tak jarang, Imah harus berkendara ke luar kota bahkan luar provinsi untuk mengantarkan barang yang menjadi tanggungjawabnya.

Imah pun jarang pulang ke rumah. Jika barang yang diantarnya jauh, terkadang Imah baru pulang ke rumah seminggu kemudian.

Meski aktivitas Imah menyerupai laki-laki, sifat kewanitaannya tidak hilang. Imah selalu menyempatkan diri untuk berhias diri sesaat sebelum berangkat mengendara.

Imah juga terbiasa membawa tas jinjing layaknya wanita biasa. Hanya saja, penampilannya sebagai sebagai seorang wanita sedikit tomboy.

Bagi Imah, berkendara di sepanjang jalan merupakan kenikmatan tersendiri. Itu lah alasan kenapa ia masih setia dengan pekerjaannya itu.

"Senang aja di jalan. Kayak senang terus ya. Di jalan pegang setir itu senang," katanya.

Karena alasan itu juga, Imah tidak pernah mengeluh meski mendapat order mengantar barang ke luar provinsi. Seperti ke Bali, Semarang, atau Jakarta.

Imah mengaku selalu memastikan kondisi kendaraanya sebelum berkendara. Termasuk beban muatan yang dibawanya. Sebab, Imah mengaku jarang mengalami kendala di jalan.

Seperti saat hendak berangkat pada Jumat pagi. Imah mengecek kondisi seluruh ban dan kendaraan. Setelah itu, ia mengecek kondisi petikemas yang dibawanya.

"Ban saya harus atos (keras). Kekuatan segini harus isi sekian," katanya sesaat sebelum memulai perjalanan.

Saat itu, Imah hendak mengambil barang di Pabrik Gula Krebet untuk dibawa ke Pelabuhan Perak Surabaya menggunakan truk trailer nopol L 8621 US.

Suka Duka

Banyak suka yang dialami Imah selama bekerja sebagai sopir trailer. Di antaranya, orang - orang di sekelilingnya, baik yang mendukung ataupun tidak

Namun, Imah bersyukur semua keluarganya mendukung. Termasuk suaminya, Nur Kholis yang bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran di Kota Batu.

Terkadang, Imah mengajak suami atau anak-anaknya ikut mengantarkan barang. Saat ini, Imah memiliki dua anak. Anak pertama, Nita Khurnia sudah berkeluarga. Anak keduanya, Nikko Edy Raharjo yang masih kuliah.

Belum terlintas di benak Imah untuk pensiun dari pekerjaannya. "Tidak pernah terpikirkan. Belum terprediksi. Saya masih kepengen di jalan," ungkapnya.

Namun jika nanti harus berhenti menjadi sopir truk karena faktor usia, Imah berkeinginan untuk buka warung atau membuka usaha bengkel dan toko onderdil mobil.

Untuk pekerjaannya, ia mendapatkan penghasilan berkisar antara Rp 3 juta sampai Rp 4 juta per bulan, tergantung intensitas mengantar barang.

Nita Khurnia, anak pertama Ima hanya bisa mendoakan supaya ibunya selamat di jalan.

"Mama masih nyaman sih. Pokoknya mendukung apa kemauannya mama itu. Semoga selamat di jalan. Hati-hati. Terus semangat pokoknya dan jangan kecapekan. Jaga diri juga," pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/04/21/15003101/kisah-imah-wanita-yang-jadi-sopir-truk-trailer-sejak-usia-muda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke