Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Fifty-fifty", Misteri Kematian Mantan Wakapolda Sumut Belum Terpecahkan

Kompas.com - 05/03/2018, 08:04 WIB
Andi Hartik,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Sudah lebih dari sepekan, kasus kematian mantan Wakapolda Sumatera Utara Kombes Pol (Purn) Agus Samad masih juga misterius.

Jajaran kepolisian yang menyelidiki kasus itu belum bisa mengungkap penyebab kematian purnawirawan berusia 71 tahun itu.

Banyak kejanggalan yang muncul untuk menyimpulkan korban bunuh diri. Sementara itu, untuk menyimpulkan kasus ini sebagai pembunuhan, polisi kehilangan jejak.

Belakangan, polisi mengeluarkan pernyataan "fifty-fifty", antara bunuh diri atau dibunuh.

Jenazah Kombes Pol (Purn) Agus pertama kali ditemukan di taman belakang rumahnya di Perum Bukit Dieng Blok MB-9 Kelurahan Pisangcandi, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, 24 Februari 2018 pagi sekitar pukul 08.00 WIB.

Adalah Gunaryo, salah satu satpam di perumahan itu yang pertama kali menemukannya. Saat itu, Gunaryo diminta oleh Bu Rahmad dan Bu Prawoto, warga yang tinggal di perumahan itu, untuk mendobrak pintu rumah tersebut atas dasar permintaan dari istri korban, Suhartutik.

Istri korban yang tengah berada di Bali untuk mengurus usaha rumah makan merasa ada yang janggal. Sebab, korban yang seorang diri di rumah tidak mengangkat saat ditelepon berulang kali.

(Baca juga: Penyebab Kematian Mantan Wakapolda Sumut Mulai Terungkap)

Akhirnya, Gunaryo memenuhi permintaan untuk mendobrak pintu depan rumah dan melihat kondisi korban. Ketika itulah, korban ditemukan tergeletak di taman belakang rumahnya.

Kondisi kaki korban terikat tali rafia yang ujungnya terikat ke pagar di lantai tiga. Sementara itu, di kedua pergelangan tangan korban terdapat luka sayat. Lokasi korban ditemukan terlihat bersih. Luka sayat di pergelangan tangan korban tidak lagi mengeluarkan darah.

Ceceran darah ditemukan di ruang makan, sekitar 10 meter dari korban. Terdapat tisu di lokasi itu. Belakangan, jajaran Polres Malang Kota yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) menemukan silet dan obat serangga.

"Ada beberapa luka di tangan, sayatan, kanan kiri. Untuk barang-barang yang ditemukan ada baygon, kemudian ada cairan kami masih belum memastikan itu apa," kata Kapolres Malang Kota AKBP Asfuri seusai olah TKP awal.

Dua hasil otopsi

Temuan yang mengarah pada terjadinya aksi bunuh diri itu membuat jajaran Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur turun tangan. Dua hari pasca kejadian, yakni Senin (26/2/2018), Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Jawa Timur, Kombes Pol Agung Yudha Wibowo turun langsung melihat TKP. Hasilnya, Agung tidak bisa memastikan, korban dibunuh atau bunuh diri.

"Ini masih terus dievaluasi ini. Belum kita putuskan, belum kita putuskan. Masih fifty-fifty," katanya.

(Baca juga: Viral, Video Helikopter Polisi Dipakai untuk Terbangkan Pengantin)

Beberapa hari kemudian, perkembangan kasus itu menemui jalan buntu. Teka-teki dibunuh atau bunuh diri tidak terpecahkan. Olah TKP terus dilakukan. Sejumlah saksi diperiksa.

Sampai akhirnya, Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Bareskrim Mabes Polri turun ke TKP. Hasilnya tetap sama, belum memberikan kepastian tentang dibunuh atau bunuh diri.

Bersambung ke halaman dua

 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com