Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yenny Wahid: Masyarakat Harus Kritis kalau Ada Orang yang Klaim Punya Kekuatan Super

Kompas.com - 01/10/2016, 09:34 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Direktur The Wahid Institute, Yenny Wahid, mengajak masyarakat untuk bersikap kritis dengan sesuatu hal yang dinilai tidak wajar, seperti apabila menemui orang atau tokoh yang mengklaim memiliki kekuatan tertentu.

Hal itu dinyatakan Yenny untuk menanggapi kasus yang melibatkan beberapa tokoh yang diduga telah melakukan tipu daya kepada masyarakat dengan dalih agama dan "kekuatan super".

Sebut saja kasus yang mencuat belakangan ini adalah kasus padepokan Gatot Brajamusti di Sukabumi, Jawa Barat; dan padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo, Jawa Timur.

"Sikap kritis harus dibangun agar kalau ada orang-orang mengklaim memiliki kekuatan super, mengklaim punya karomah, masyakarat tidak mudah percaya, skeptis dulu," kata Yenny seusai mengisi acara Komunitas Lima Gunung di Studio Mendut, Mungkid, Kabupaten Magelang, Jumat (30/9/2016) sore.

Baca juga: Kisah-kisah Para Pemimpi Kekayaan Korban Dimas Kanjeng

Putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu menyayangkan adanya tokoh-tokoh yang sudah dikenal masyarakat nasional justru membela orang-orang seperti Dimas Kanjeng Taat Pribadi itu.

Semua pihak semestinya memberikan edukasi kepada masyarakat. Dia berpendapat, maraknya fenomena ini karena adanya kegelisahan masyarakat yang ingin mencari tokoh-tokoh panutan dalam kehidupan mereka. Di saat itulah ada pihak-pihak yang mencoba mengisi kegelisahan itu dengan iming-iming tertentu.

"Saya melihat ada kegelisahan masyarakat yang mencari tokoh panutan. Lalu ada orang, seperti Dimas Kanjeng ini, yang mencoba mengisi kekosongan jiwa dan kantong mereka," papar staf khusus Bidang Komunikasi Politik di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Baca juga: Marwah Daud Bela Dimas Kanjeng, Jimly Minta Ilmuwan-Cendekia Berpikir Benar

Yenny berujar, padepokan atau pondok pesantren semacam itu biasanya adalah organik dan tidak resmi tercatat di pemerintah sehingga tidak mudah untuk ditertibkan.

"Jangan gebyah uyah (sama rata) semua pondok pesantren seperti itu. Biasanya, mereka organik, tidak resmi sehingga susah kalau ditertibkan," katanya.

Lebih lanjut, Yenny memuji aparat kepolisian yang telah mengungkap dan meringkus Dimas Kanjeng Taat Pribadi beserta sejumlah pengikutnya. Dia berharap, aparat bertindak tegas agar kasus serupa tidak terjadi lagi.

"Rakyat sudah diperdayai ya, ini sudah kriminal, jadi harapannya ada tindakan tegas dari kepolisian," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com