Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bergantian Pakai Pengeras Suara Sebuah Masjid, Pendukung Paslon Bupati Coba Pengaruhi Warga

Kompas.com - 09/12/2015, 19:15 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

 

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Sleman diwarnai insiden yang cukup unik, dimana dua orang pendukung masing-masing paslon mengajak warga untuk tidak memilih salah satu paslon.

Ajakan ini disampaikan dua pendukung paslon secara bergantian lewat pengeras suara di masjid yang sama.

"Ya saya kebetulan mendapat tugas supervisi di Kabupaten Sleman. Dari beberapa temuan satu yang cukup unik," kata Bagus Sarwono Komisioner Bawaslu DIY, Rabu (9/12/2015).

Bagus menceritakan, pada Rabu pagi seorang warga bernama Kuswanto datang ke Masjid Jami Bantulan Sidoarum, Godean, Sleman.

Lewat pengeras suara masjid itu, pendukung calon bupati dan wakil bupati nomor urut 1 ini lalu mengajak warga agar tidak memilih paslon nomer urut 2.

"Kuswanto ini ketua DPC PDI Perjuangan. Lewat pengeras suara masjid ia mengajak warga jangan memilih pasangan Paslon nomer urut 2," kata Bagus.

Pengumuman lewat pengeras suara masjid itu, lanjutnya, tentu saja mengegerkan warga. Ajakan Kuswanto itu juga didengar pendukung pasangan nomer urut 2 dan langsung memprotes tindakan itu.

"Noor Toyip simpatisan PPP langsung mendatangi rumah Kuswanto untuk memprotes. Sempat terjadi adu mulut, tapi tidak sampai adu fisik," lanjut Bagus.

Lucunya, selang beberapa jam kemudian seseorang yang melakukan hal yang sama di masjid Jami Bantulan.

Namun kali ini dari pendukung pasangan nomer urut 2. Orang ini, papar Bagus, dengan menggunakan pengeras suara masjid mengajak warga untuk tidak memilih paslon nomer urut 1.

" Waktunya nggak lama, masjidnya juga sama. Ajakannya sama hanya yang ini meminta agar jangan memilih paslon nomer 1," tandasnya.

Bagus mengaku sampai saat ini masih menyelidiki siapa orang yang melakukan ajakan tersebut.

Bawaslu juga berkoordinasi dengan kepolisian untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kita masih cari tahu. Tapi kita sudah berkoordinasi dengan kepolisian untuk mengantisipasi potensi yang tidak diinginkan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com